"Parfum!"  aku menjawab cepat, sebelum emosi menguasainya. "Parfum sebagai tanda cinta, untuk pewangi pada bunga rampai pernikahan, sebagai tepuk tepung  tawar jika ke pelaminan, apa ada dia beri padamu?"
Dahlia terpaku, wajahnya masih datar dan dingin, selanjutnya ia menaikkan baju kurungnya sampai pinggang. Tangannya merogoh saku pada roknya. Ia mengeluarkan botol kecil putih bertutup kuning keemasan.
"Ya, itu, aku juga dapat, dikasih jugak dengan campur janji manis. Kau tahu artinya apa? Kita dimanipulasi," pungkasku dengan suara tegas. "Dia tak inginkan kita berdua, sengaja adu kita, Lia, sadarlah, engkau singkirkan pun aku, dia tak kan pilih engkau sebagai pendamping. Kita tak bisa lanjutkan hubungan yang merosak ini. Mari sama-sama kita selidiki apa maksud dia sekarang ni?"imbuhku lagi. Berharap negoisasi ini bisa diterima olehnya.
"Semua palsu, tak ada cinta buat aku, untuk apa aku hidup, Dayatlah harapanku. Macam ni, baik aku mati, mati, mati!"ucapnya dengan histeris dan berlonjak-lonjak seperti orang kesurupan.
"Lia, Lia, dengar cakap aku!" Aku panik dan berusaha menyadarkannya."Ngucap, Lia, ingat Allah, Lia, aku sayangkan engkau  saudaraku, Lia!
Dahlia tidak mengubris, dia masih berlompat-lompat ke sembarang arah di depanku.
Tiba-tiba pintu didobrak dengan keras. Tiga orang berseragam cokelat bersama Mak Cik Edah menerobos masuk. Mak Cik Edah langsung saja menghambur ke arahku tanpa peduli dengan Dahlia yang berada beberapa langkah di sampingku.
"Angkat tangan, serahkan diri!" perintah salah seorang polisi mengacungkan pistol ke arah Dahlia. Mereka berhadapan-hadapan. Mak Cik Edah dan satu polisi membukakan tali pengikat pada kedua tangan dan kakiku dengan cepat. Lalu menyeret langkahku untuk kami berada di belakang polisi yang memegang pistol.
"Dayat, tega kau! Mak Cik, Siti, tega kalian! Biar aku mati, mati saja!" Â Wajah Dahlia menghiba dan selesai berucap ia menghunuskan pisau ke perutnya. Aku dan Mak Cik Edah histeris dan syok.
Dahlia tak tertolong. Dayat datang ke pemakaman dengan raut sedih. Aku tak bisa membaca apa yang ia rasa. Batinku berkata, nanti  akan ada hal yang akan kulakukan padanya! Dua gadis Melayu telah berseteru oleh karenanya.
~