Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Membakar Asa

4 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 4 Mei 2023   06:54 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek

Aku menganguk, dan meminum air pemberiannya. Mata sipitnya yang bening itu sedang menatapku dengan lekat ketika botol menempel di bibir. Aku tertunduk dan tersipu. Debar dan gelenyar aneh menjalari hati.

" Mel, hm, itu." Ia terlihat ragu, beberapa kali ia membasahi bibir bawahnya.

Aku yang menunggunya berbicara hanya tersenyum tipis dan menebak-nebak. Jantungku berdegup kencang, apa ia akan 'menembakku' hal yang telah lama kunantikan.

"Mel, nanti selesai acara festival besok jangan pulang dulu ya, tunggu aku  di ujung toko tempat biasa," pintanya padaku.

***

Masyarakat Tionghoa tumpah ruah ke jalan untuk mengikuti proses tradisi bakar tongkang di Bagansiapiapi. Semua turun ke jalan. Mereka berbaris dari depan kelenteng hingga memanjang seratusan meter. Badan jalan sesak oleh warga Tionghoa yang melakukan ritual. Mereka menenteng sejumlah peralatan ibadah yang dipanggul. Barisan paling depan membawa arak-arakan kapal replika yang dapat kutaksir berkisar 8 meter dengan lebar 2 meter. Tiang layar dua buah dan kontruksi badannya dari kayu lalu dilapisi dengan hiasan warna-warni.

Bersama kedua orang tua, aku menuju lokasi pembakaran. Banyak warga yang ingin melihat dan berjalan kaki menuju lokasi pembakaran  tongkang, sementara itu banyak  peserta membawa hio yang telah dibakar ujungnya. Napas terasa sesak akibat asap hio yang terus menyala sampai ke lokasi. Aku sampai terbatuk-batuk dan mata perih. Banyak juga minuman kaleng dingin yang dibagikan secara gratis kepada siapa saja yang haus karena cuaca cukup panas.

Setelah berjalan beriringan, akhirnya kami penonton serta peserta sampai di lokasi dipercayai dulunya tempat awal kapal warga Tionghoa pertama kali mendarat dan dibakar bersama agar tidak kembali ke kampung halaman di Fujian, China.

Di lokasi ini, jutaan tumpukan kertas bertuliskan China sudah lebih dulu dikumpulkan. Di atas tumpukan kertas itulah, kapal tongkang replika yang diarak tadi diletakan. Sebelum dilakukan pembakaran, maka sejumlah pejabat pemerintah diundang ke atas. Mereka melambaikan tangan, mataku sibuk mencari keberadaan  Alvin. Aku memisahkan diri dari kedua orang tuaku dan mendekati Alvin. Ia berdiri di antara peserta lainnya dengan khidmat berdoa.

Setelah api besar melalap kapal menandai puncak acara. Para peserta menunggu hingga habis ludes terbakar, hawa panas melingkupi, beberapa warga ada yang mundur sebagai penonton, tetapi, tidak bagi peserta arah tumbang tiang dapat menjadi acuan, misalnya ke arah laut, maka mereka percaya rezeki tahun ini dari hasil laut. Pria yang telah mencuri hatiku itu menghampiri, tubuhnya basah dengan keringat. Ia mengandeng tanganku menerobos dan melawan arus warga yang bubar.   

"Ko Alvin, apa ini!"aku berseru dengan mata berbinar. Sebuah tempat yang agak jauh dari keramain ia membawaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun