Bahan bacaan juga melahirkan pergerakan dan revolusi. Contohnya tulisan Benyamin Se'eb alias Theodore Herzl yang hanya buku tipis, berjudul Der Judenstaat (The Jewish state) dan karya fiksinya yang berjudul Altneuland (old New Land), tetapi mampu memberi semangat orang Yahudi bergerak mendirikan  Negara Israel dan berperang dengan Palestina.
 Kembali ke bahasan membaca aja, yuk. Bagaimana masa depan bangsa ini jika generasi penerusnya tidak membudayakan literasi dengan baik. Kita akan semakin tertinggal. Membaca adalah salah satu indikasi dan faktor  kemajuan suatu Negara. Lihatlah bagaimana Negara Jepang dan Cina yang yang berkembang pesat di segala bidang karena budaya mereka adalah membaca. Padahal kita sebagai muslim seharusnya yang lebih giat lagi untuk membaca, ingat bahasan iqra' di paragraf awal tadi.
Otak itu seperti pisau yang harus diasah, jika tidak ia akan tumpul salah satu cara mengasahnya adalah dengan membaca. Membaca juga jantungnya pendidikan, maka kita harus lebih gencar lagi membangkitkan literasi agar terus meningkat.
Membaca tak bisa dipisahkan dengan menulis. Menjadi seorang penulis itu berproses. Salah satu caranya adalah dengan kuliahnya yaitu membaca.
"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."(Ali Bin Abi Thalib, ra)
"Jika kamu bukan anak Raja dan bukan anak Ulama besar maka menulislah."(Imam Ghozali)
Menulis adalah keterampilan seni mendayung gagasan, pemikiran, cara pandang ataupun pengalaman. Bisa juga memproduksi ide-ide untuk disampaikan  kepada orang lain dalam bentuk tulisan
Membaca dan menulis adalah pasangan serasi yang tak bisa dipisahkan.
Sumber ide menulis didapatkan dari meng-instal ilmu, terus banyak berjalan, mengamati dan banyak silaturahmi, artinya mungkin bisa pengalaman orang sekitar gitulah.
"Menulislah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang saya lakukan."(JK Rowling penulis best seller Harry Potter)
Mulailah dari hati dengan langkah awal pilihan yang disukai dan dikuasai.