"To-long ...." Lelaki itu berhenti berbicara. Napasnya tersengal. Dahinya mengeryit seperti menahan sakit. Sesekali tubuhnya seperti bergetar dengan mata memelotot.
Aku hanya diam terpaku sejurus kemudian tercium aroma pandan.
"Sam-but."
"Maksudnya, Kek?"tanyaku tak mengerti.
"Mau?" Kali ini seperti sekuat tenaga lelaki tua itu mengintimidasiku.
Aku yang bingung dan tak paham apa yang dibicarakan akhirnya menjawab.
"I-ya, Kek!"
Sontak aku terkejut mendapati seketika mulutnya menganga. Perlahan terlihat asap hitam keluar dari mulut si kakek. Matanya berubah berwarna merah. Tubuh tak berdaya itu terentak-entak.  Anehnya tanpa komando dari otak ke saraf motorikku. Mulutku pun ikut terbuka dan menerima asap itu memasuki raga hingga aliran panas terasa menjalari setiap urat pada tubuh. Mataku terbelalak merasakan asap hitam tadi sudah berubah menjadi benda licin. Ular hitam melewati tengorokanku. Sampai ujung ekornya. Aku tumbang, tergolek merasa ngeri dan jijik. Sengatan-sengatan dalam perut membuat tubuhku berguncang hebat. Setelah itu pandangan menjadi gelap dan  aku tak tahu lagi apa yang terjadi.
***Â
"Mas, bangun. Udah siang." Aku mengerutkan kening. Suara lembut istriku terdengar berbisik. Hal pertama yang aku lihat saat membuka mata adalah langit-langit kamar. Aku langsung duduk membuat perempuan di depanku terkejut.
"Loh, kok aku di rumah?" tanyaku.