Saskia yang merasa dahaga, dengan beberapa tegukan saja membuat gelas itu menjadi kosong.
 "Saskia, Papa tak bisa membayangkan jika saja Sumiati tidak tepat waktu, dirimu pasti sudah tiada saat ini, Pramasta menganut aliran sesat dan bersekutu dengan jin untuk mencapai tujuannya."
"Kita patut bersyukur, hal itu tak terlepas dari izin Allah Subhana Wa ta Alla tentunya," tambah perempuan yang telah melahirkan Saskia mengingatkan.
"Alhamdulillah." Saskia menangkupkan kedua telapak tangannya sesaat ke wajah. "Saskia menyesal, Ma, Pa, Saskia janji tidak akan berkata kasar dan menyakiti hati orang lain lagi," ujar Saskia penuh penyesalan.
 "Syukurlah kamu sudah mengerti,"Setelah papa Saskia berucap, ia menepuk pelan bahu kiri sang anak. Ia pun mengembuskan napas dengan kasar dan berlalu keluar kamar.
***
Halaman belakang rumah yang hanya diterangi lampu redup. Sosok berbaju putih sedang duduk di dahan pohon mangga yang rimbun. Suara tawanya nyaring dan melengking.
"Akhirnya, saatnya, kau menjadi suamiku, sebagai balas budi,"ucap si kuntilanak di sela cekikikannya.
Papanya Saskia hanya berdiri mematung dan memandang sayu pada makhluk menyeramkan di depannya. Ia menelan ludah, tak mampu berucap.
~
Bionarasi