Lewat matanya yang nanar dan napas tersengal Saskia melihat sosok wanita berbaju putih lusuh keluar dari kabut putih tak jauh dari sampingnya.
"Cukup, hentikan perbuatanmu!" Perempuan itu kembali berucap lantang.
Sekelebat bayangan secepat kilat muncul di hadapan mereka. Lelaki bertubuh kurus dengan wajah pucat dan mata yang memerah. Dari mulutnya mengeluarkan erangan, lidah sedikit terjulur, lehernya bergerak ke kiri dan ke kanan, gerakan teleng bergantian itu dilakukannya dengan pelan.
Perseteruan dua makhluk gaib itu pun terjadi, Saskia yang masih terengah-engah hanya terhipnotis memperhatikan. Tak lama kemudian ia melihat wujud kuntilanak yang datang menolongnya itu berteriak karena mendapat pukulan telak berupa cahaya terang yang keluar dari kedua tangan Pramasta. Â Bersamaan setelah itu menjadi kabut dan menghilang. Saskia mencoba beringsut ke arah tepian ranjang dan menopang tubuhnya agar bisa berdiri.
Saskia kembali terjatuh karena Pramasta yang melihat ke arahnya dengan nyalang dan mendekat. Rasa ketakutan melingkupi, wajah Saskia menjadi pucat pasi. Jantungnya berdetak dengan cepat dan tubuhnya telah menjadi kaku. Selanjutnya ia merasakan getaran dan tiba-tiba bayangan putih itu merasuki tubuhnya.
Kekuatan yang sangat dahsyat seakan menyatu antara raga Saskia dan makhluk tak kasatmata. Saskia merasakan aliran darahnya dipompa oleh jantung dengan cepat, memberikan energi berlipat ganda. Ia merasakan panas dan hasrat membunuh begitu menggelora.
***
"Untunglah, kamu sudah sadar, Nak," Mama Saskia tersenyum tipis.
Saskia merasakan sakit pada seluruh tubuhnya, ia meringis, matanya yang setengah terpejam, ia buka sepenuhnya.
"Ma," lirih Saskia. Matanya memandang  papa dan mamanya.
"Minum dulu." Mama Saskia membantu menegakkan kepala anak semata wayangnya.