Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Persaingan Tetangga

11 Februari 2023   20:30 Diperbarui: 11 Februari 2023   20:42 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita berambut keriting yang mengenakan bandana itu memeriksa barang daganganku dengan wajah serius. Seketika ekpresinya berubah menjadi masam.

"Apa-apaan ini, bajunya kok beda sama di gambar, pantasan murah. Nggak jadi saya ambil," Suaranya meninggi seakan membentakku.

Aku bengong  dan gugup, ini bakalan  membuat runyam, karena barang yang ia pesan bukan sepenuhnya jualanku. Hari ini pun hari pertama  Aku menjadi  reseller  tanpa modal dan akan bersedia melakukan delivery dengan mengharapkan mendapatkan tips dari bosku.

"Nggak bisa dibatalkan, Mbak , barang yang sudah dipesan dan COD wajib diambil." Aku mencoba membujuk dengan memasang wajah menghiba.

"Pokoknya saya nggak mau!" Ia berdiri dan menutup pintu rumahnya dengan rapat meninggalkanku sendiri di teras.

 Aku mengemas dua pasang baju pesanan yang sudah diobrak-abriknya tadi, melipat dan memasukkannya ke dalam plastik bening kembali. Mata ini pun mulai berkaca-kaca terbayang anakku yang merenggek minta beli jajan dan bekal sekolah besok.

Saat aku meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih dan memikirkan bagaimana nanti menjelaskan pada sang bosku. Baru beberapa langkah berjalan, pundakku merasakan tepukan halus, aku pun menoleh. Seorang wanita berpenampilan modis tersenyum mengembang.

"Saya, mau lihat baju yang dipesan Mbak Dewi tadi, deh," sapanya dengan ramah.

Aku tentunya menyambut dengan hati girang dan mengikuti  arah langkahnya yang memasuki halaman rumahnya yang luas.

"Hei, tetangga sombong, gue yang pesan, kenapa elu yang ngambilnya." Wanita yang bernama Dewi tadi muncul kembali berdiri di teras dan mengacungkan telunjuk ke arah kami.

Tetangga Mbak Dewi tersenyum sinis, dengan suara lantang ia pun menyahut, " Heh, bukannya elo nggak jadi, kasian tau, orang udah bela-belain ngantar ke mari, bilang aja, nggak ada duit."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun