Wanita berambut keriting yang mengenakan bandana itu memeriksa barang daganganku dengan wajah serius. Seketika ekpresinya berubah menjadi masam.
"Apa-apaan ini, bajunya kok beda sama di gambar, pantasan murah. Nggak jadi saya ambil," Suaranya meninggi seakan membentakku.
Aku bengong  dan gugup, ini bakalan  membuat runyam, karena barang yang ia pesan bukan sepenuhnya jualanku. Hari ini pun hari pertama  Aku menjadi  reseller  tanpa modal dan akan bersedia melakukan delivery dengan mengharapkan mendapatkan tips dari bosku.
"Nggak bisa dibatalkan, Mbak , barang yang sudah dipesan dan COD wajib diambil." Aku mencoba membujuk dengan memasang wajah menghiba.
"Pokoknya saya nggak mau!" Ia berdiri dan menutup pintu rumahnya dengan rapat meninggalkanku sendiri di teras.
 Aku mengemas dua pasang baju pesanan yang sudah diobrak-abriknya tadi, melipat dan memasukkannya ke dalam plastik bening kembali. Mata ini pun mulai berkaca-kaca terbayang anakku yang merenggek minta beli jajan dan bekal sekolah besok.
Saat aku meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih dan memikirkan bagaimana nanti menjelaskan pada sang bosku. Baru beberapa langkah berjalan, pundakku merasakan tepukan halus, aku pun menoleh. Seorang wanita berpenampilan modis tersenyum mengembang.
"Saya, mau lihat baju yang dipesan Mbak Dewi tadi, deh," sapanya dengan ramah.
Aku tentunya menyambut dengan hati girang dan mengikuti  arah langkahnya yang memasuki halaman rumahnya yang luas.
"Hei, tetangga sombong, gue yang pesan, kenapa elu yang ngambilnya." Wanita yang bernama Dewi tadi muncul kembali berdiri di teras dan mengacungkan telunjuk ke arah kami.
Tetangga Mbak Dewi tersenyum sinis, dengan suara lantang ia pun menyahut, " Heh, bukannya elo nggak jadi, kasian tau, orang udah bela-belain ngantar ke mari, bilang aja, nggak ada duit."
Ternyata kedua wanita bertetangga ini tidak akur, aku yang memerhatikan hanya diam saja.
"Enak saja, Â beraninya ngehina gue, sini Mbak, mana bajunya, saya ambil." Setelah berucap ia masuk ke dalam rumah dan keluar kembali dengan membawa dompet.
"Berapa semua?" tanyanya padaku.
"350 ribu," jawabku dengan semringah.
"Nih 400 ribu, ambil kembaliannya."Aku menerimanya dengan senyum mengembang tak lupa mengucapkan terima kasih. Bersyukur di dalam hati ternyata mereka yang bersaing, akunya diuntungkan. Eh, nggak boleh ya seperti itu, tetapi kali ini, bolehlah.
~
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI