Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadirnya Cinta

18 Januari 2023   13:00 Diperbarui: 18 Januari 2023   13:00 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi pribadi foto: Megawati sorek

Aku rasa, tanpa memberi penjelasan, Kak Riska sudah mengerti. Aku tersenyum mengembang dan memeluk perempuan manis yang suka bergaya lelaki itu. Ia menepuk pelan punggungku. Setelah mengaku capek dan mau mandi  ia pun pamit ke kamarnya yang di sebelah.

Setelah ia keluar, barulah aku menyadari ranselnya tertinggal dan ketika  ingin mengembalikannya. Sebuah buku kecil  terjatuh dari resleting tas yang ternyata dalam keadaan terbuka sebagian.

Sebuah buku diari  berwarna hitam berukuran kecil, seperti buku memo tepatnya. Aku tak menyangka Kak Riska yang tomboi tenyata mau juga menuliskan keseharian. Jiwa penasaranku meronta, rasanya tiada salahnya aku ingin tahu tentang curahan hatinya.

Aku kembali duduk dan membaca lembar demi lembar untaian kata yang tertulis tegak bersambung tersebut. Alangkah mengejutkan bagiku, ternyata Kak Riska juga mencintai Bian secara diam-diam, dan sudah lama ingin menarik perhatiannya. Pun tertulis bahwa Kak Riska ingin fokus untuk menyelesaikan kuliah serta ambisinya kuliah di luar negeri dan menjadi wanita karir yang sukses. Ia akan mengesampingkan perasaan cinta yang katanya begitu gencar menyerang hatinya. Dilema sedang ia hadapi antara cita-cita atau cinta. Selanjutnya tulisan itu berakhir dengan tentang aku yang harus disatukan olehnya jika ia nanti kuliah di luar negeri.

***

Malam minggu bagiku yang jomlo dan tak suka keluyuran berlalu begitu saja. Acara yang kulakukan adalah menonton TV bersama Papa dan Mama, sebenarnya ini adalah waktu yang bagus untuk kami saling berbagi cerita, setiap hari kami disibukkan dengan urusan masing-masing. Sekitar pukul 21.00 aku memutuskan naik ke kamar ingin rebahan dan berselancar dengan android. Tak lama terdengar suara deru sepeda motor yang kuhafal.

Bergegas, aku berdiri dan menyaksikan Kak Riska turun dari boncengan. Bian menarik tangan Kak Riska yang akan berlalu meninggalkannya. Suara mereka tak terdengar olehku, tetapi sepertinya mereka bertengkar, terlihat wajah Kak Riska berekpresi marah. Sementara tatapan mata Bian begitu penuh cinta dan harap bahkan seperti menghiba. Dalam benakku menebak-nebak.  Apa mereka membicarakanku?

Kak Riska menangis, tubuhnya terlihat limbung. Bian menariknya dan mendekapnya. Meski terasa nyeri di dada, dapat aku pastikan mereka berdua sedang sama-sama terluka. Mungkin karena perasaankukah, timbul rasa bersalah menghampiri.

Sebenarnya aku terluka, tetapi aku sadar dan berusaha untuk tegar. Nyatanya aku masih remaja berumur belasan, kata mereka masih bau kencur juga. Pun bisa memaklumi dan membenarkan ucapan kak Riska, mudahan ini bukan rasa cinta sejati, mudah-mudahan nantinya akan aku temui di saat telah dewasa di bangku kuliah mungkin, tak apa. Aku merasakan bahagia jika Kak Riska bahagia, makna cinta tulus itu bukankah ikhlas melepaskan dan melihat orang yang dicintai itu bahagia.

Besok, masalah perasaan dan mereka akan segera terselesaikan. Janjiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun