TikTok adalah salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini, khusunya oleh generasi Z. Melalui penggunaan aplikasi tiktok, generasi Z dapat menyalurkan ide dan kreativitas nya dengan cara yang inovatif dan interaktif. Aplikasi ini memungkinkan setiap pengguna untuk membuat, mengedit, dan membagikan video pendek. TikTok sendiri menyediakan berbagai aplikasi seperti musik, filter, stiker, dan fitur kreatif lainnya untuk meningkatkan kualitas konten mereka dan membuat video lebih menarik untuk ditonton. Dengan adanya aplikasi ini dapat mempengaruhi generasi Z dalam berkomunikasi dan berbahasa, karena tulisan dan cara berbicara di dalam aplikasi tiktok itu sangat bervariasi.
Perilaku generasi Z dalam menggunakan aplikasi tiktok tersebut sebagai media penyaluran kreativitas bahasa gaul. Pengguna aplikasi tiktok umumnya menggunakan bahasa gaul yang disesuaikan dengan konten video yang mereka lihat. Generasi Z biasanya menggunakan berbagai bahasa dalam komunikasi sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media sosial. Karakter generasi Z lahir karena adanya arus globalisasi yang berkembang dengan cepat. Maka diperlukan gaya bahasa Indonesia yang dinamis, kreatif, ringkas dan mudah dipahami.
Perkembangan bahasa terjadi seiring dengan perkembangan teknologi (Daud, 2021). Bahasa atau tuturan berfungsi untuk menjelaskan segala sesuatu yang ingin diungkapkan kepada lawan bicara (Syukur et al., 2020). Sangat mudah bagi setiap orang untuk berinteraksi dan bertukar pikiran dengan orang lain yang berbeda latar belakang bahasa dan budaya. Apalagi jika menyangkut dengan ruang lingkup media sosial, yang memberikan ruang tak terbatas kepada penggunanya untuk berinteraksi dengan siapa pun. Interaksi ini pada akhirnya menciptakan bahasa baru, yaitu bahasa yang tidak baku atau bahasa gaul dalam bahasa Indonesia.
Bahasa gaul yang diciptakan oleh generasi Z pada aplikasi TikTok sebagian besar berbentuk singkatan istilah baru. Biasanya kata singkatan tersebut dituliskan pada komentar, caption, atau teks dalam video. Dengan tujuan untuk mengekspresikan diri, berinteraksi dengan pengguna lain, dan menunjukkan identitas kelompok yang berbeda dari generasi sebelumnya. Selain itu penggunaan singkatan ini membantu mempercepat komunikasi dan menciptakan rasa kebersamaan di antara pengguna TikTok. Serta memudahkan mereka untuk terlibat dalam tren dan budaya yang berkembang di platform tersebut.
Secara garis besar ada dua jenis bahasa gaul yang dipakai oleh generasi Z di dalam aplikasi TikTok, yang pertama yaitu neologisme dan istilah baru, serta yang kedua berbentuk singkatan dan akronim. Neologisme adalah istilah atau kata baru yang diciptakan dalam suatu bahasa, contohnya seperti kata “FOMO” (Fear of Missing Out) istilah ini merujuk pada rasa cemas atau ketakutan seseorang akan kehilangan kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas atau pengalaman yang dianggap menarik, terutama yang terlihat di media sosial. Singkatan merupakan pemendekan yang dilafalkan berdasarkan huruf per huruf (Hendrawan, 2021). Sedangkan akronim merupakan pemendekan yang dilafalkan berdasarkan suku kata, misalnya “bawa perasaan” menjadi baper (Wulandari et al., 2021). Bahasa gaul hasil dari ciptaan dan kreativitas generasi Z kemudian dibagi lagi menjadi empat kategori yaitu, (1) bahasa gaul berbentuk singkatan berpola, (2) bahasa gaul berbentuk singkatan tidak berpola, (3) bahasa gaul berbentuk akronim berpola, dan (4) bahasa gaul berbentuk akronim tidak berpola. Keempat jenis bahasa gaul tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
1. Bahasa Gaul Singkatan Berpola
Contohnya “YTTA” yang merupakan singkatan dari “Yang tau tau aja”. Istilah bahasa ini sering digunakan sebagai sindiran atau untuk mengekspresikan bahwa suatu topik hanya dipahami oleh mereka yang "mengerti" situasi tersebut.
2. Bahasa Gaul Singkatan Tidak Berpola
Contohnya “A6” yang merupakan singkatan dari kata “Asik”. Bahasa tersebut diucapkan dengan menggabungkan huruf “A” dan angka “6” yang dibaca sebagai six dalam bahasa Inggris. Disambung menjadi kata asix (asik).
3. Bahasa Gaul Akronim Berpola
Contohnya “Sasimo” yang merupakan singkatan dari frasa “Sana sini mao". Dalam penggunaannya, bahasa tersebut merujuk pada seseorang yang dianggap tidak fokus atau plin-plan dalam menjalin hubungan, dan sering kali ingin mendapatkan perhatian dari banyak orang sekaligus.
4. Bahasa Gaul Akronim Tidak Berpola
Contohnya “Gamon” yang merupakan singkatan dari “Gagal move on”. Istilah bahasa tersebut digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak dapat melupakan mantan pasangan atau masa lalu dalam hubungan percintaan.
Gaya bahasa generasi Z dalam berkomunikasi bahasa Indonesia di era globalisasi ini memiliki dampak yang signifikan terhadap keutuhan bahasa, dimana bahasa Indonesia sendiri dianggap sebagai bahasa nasional dan identitas budaya bangsa. Saat ini generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi perkembangan teknologi informasi dan media global, menampilkan gaya berkomunikasi yang kreatif, cepat namun santai dengan menggunakan singkatan kata-kata dari bahasa asing dan gaya berbahasa informal. Pengaruh globalisasi dan popularitas bahasa gaul dapat menyebabkan pergeseran preferensi komunikasi bahasa, di mana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mungkin menjadi kurang menarik digunakan oleh kalangan generasi Z. Dengan lebih sering menggunakan bahasa gaul, bahasa Indonesia dapat terancam menjadi bahasa campuran serta mengurangi kekhasannya, sebagai bahasa persatuan dan bahasa resmi di Indonesia. Meskipun demikian, gaya bahasa gaul generasi Z memberikan manfaat dan peluang bagi keutuhan bahasa Indonesia, seperti kreativitas dalam komunikasi dan memperkuat identitas budaya nasional.
Untuk menghindari bahasa gaul serta menjaga keutuhan bahasa Indonesia, tentunya perlu ada upaya untuk memperkuat penggunaan bahasa tersebut di kalangan generasi Z. Beberapa upaya nya antara lain, kita harus menanamkan rasa nasionalisme terhadap bahasa Indonesia. Penggunaan media positif dengan cara menciptakan konten digital yang menarik dalam bahasa Indonesia, yang berguna untuk menarik perhatian generasi Z dan mengurangi ketergantungan bahasa gaul. Kampanye dengan cara mengajak generasi muda khususnya Gen Z untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar dengan penuh rasa bangga akan kekayaan bahasa dan budaya kita sendiri, serta membantu menciptakan kesadaran lebih tinggi tentang pentingnya mempertahankan bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan dan identitas nasional. Dengan mengintegrasikan bahasa Indonesia dalam aktivitas sehari-hari, diharapkan generasi Z dapat lebih menghargai dan menggunakan bahasa Indonesia secara konsisten, serta keutuhan bahasa Indonesia nya dapat terjaga dengan baik menjadi salah satu kunci untuk mempertahankan keberagaman budaya dan kesatuan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H