Sekitar satu menit menunggu, ibu penjaga pintu tersebut datang, kami pun dibukakan pintu, dengan cekatan ibu itu melepas rantai dan membuka kunci gembok pengikat pintu masuk yang terbuat dari kayu setinggi kira kira 2 meter tersebut.
Oh iya untuk masuk ke kawasan ini memang tidak ada karcis, cukup membayar uang sukarela buat warga yang menjaga hutan mangrove ini.
" ini saya kunci pintunya biar gak sembarangan orang masuk mba, silahkan isi buku tamunya ya mba "
Hmmm..pantas saja dulu banyak lihat ABG pacaran disini, ya gimana gak asik masyuk, ketutupan pohon rimbun begini, posisi menentukan prestasi lah..HAHA.
Setelah kami masuk area mangrove dan menyusuri jalan yang terbuat dari susunan kayu yang hanya selebar badan orang dewasa, ibu itu pun mengunci pintu kayu tersebut lalu dirantai , sudah kayak uji nyali lah ini, jika tidak kuat lambaikan tangan.
" hooh tempakul tempakul ..ngagetin aja ! "
Ah sayang kita hanya lihat uuuknya Bekantan.
Semakin jauh berjalan kedalam hutan, kita akan menemui sebuah percabangan, satu percabangan mengarah ke arah yang lebih terang dan satunya lagi mengarah ke area yang lebih rimbun dan sedikit gelap.
Kami mengambil arah jembatan ke arah suasana yang terbuka dan sedikit lebar, lantai jembatan  kayu yang kami lalui memang penuh daun bakau yang berserakan, tidak hanya daun, kami juga sesekali menemukan botol mineral serta bungkus rokok mengambang di antara akar bakau, semakin jauh berjalan dan masuk ke area yang lebih terbuka kami melihat berbagai jenis tumpukan sampah menggenang yang tertahan dengan jaring tipis yang melingkari area pohon bakau yang masih muda.