Nama : Mega Riyanti
NIM : 43222010006
Progran Studi : s1-Akuntansi
Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Universitas Mercu Buana
Tugas Besar 2 - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Sebelum kita membahas lebih jauh serta memahami apa itu "Diskursu Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi" terlebih dahulu kita harus mengenal siapa itu "Tokoh Semar" sendiri dan juga apa itu "Korupsi", dengan mengenal tokoh ini terlebih dahulu maka kita akan lebih mudah memahami pembelajaran-pembelajaran yang diberikan oleh Tokoh semar ini dalam Upaya Pencegahan Korupsi.
Tokoh Semar sendiri dikisahkan sebagai penasihat sekaligus pengasuh para kesatria berbudi luhur, yaitu Pandawa bersaudara. Tokoh Semar ini dikenal dengan sifatnya yang sederhana, tulus, cerdas, bijaksana, jujur, dan berpengetahuan luas membuat dirinya disegani dan dihormati oleh para kesatria.
Seperti yang kita ketahui, di era sekarang ini tindak pidana korupsi telah merusak berbagai macam sendi-sendi kehidupan Berbangsa dan bernegara. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan para koruptor ini bahkan lebih besar, yakni terampasnya hak-hak rakyat dan masyarakat luas, diantaranya hak menikmati pembangunan, hak hidup layak karena mereka dililit oleh kemiskinan, hak mendapat pendidikan yang layak dan bahkan hak-hak dasar hidup lainnya yang mestinya didapatkan oleh siapa pun namun pada kenyataannya tidak.
Siapa itu Tokoh Semar?
Semar (Batara Ismaya Batara Iswara Jurudyah Punta Prasanta Semar) adalah nama tokoh utama dalam punakawan di pewayangan Jawa. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan wiracarita Mahabharata dan Ramayana. Meski demikian, nama semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut (berbahasa sanskerta), karena tokoh ini merupakan ciptaan tulen pujangga Jawa.
Profil Tokoh Semar
Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan yaitu ada pada dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Di dalam karya tersebut, Semar dikisahkan sebagai Abdi (bawahan) dari tokoh Sadewa. Oleh karena itu, Semar memiliki peran sebagai Punakawan yang menghibur tuannya dengan humor-humor segar dan menghibur. Ketika Era kerajaan kerajaan Islam berkembang di tanah Jawa, tokoh Semar masih dipertahankan dengan pewayangan Jawa. Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar yang semula hanya sebagai kaum Sudra kini semakin ditingkatkan, bahkan para pujangga Jawa mengisahkan Semar melalui karya-karyanya bukan sebagai rakyat jelata, namun sebagai penjelmaan Ismaya.
Sekalipun berstatus sebagai kaum Sudra, Semar tidak miskin secara mentalitas. Di samping itu, Semar dikenal memiliki kepribadian baik yaitu selalu mengajarkan ilmu-ilmu kearifan pada keluarga Pandawa. Sehingga oleh keluarga Pandawa, Semar kemudia dianggap sebagai pusaka yang layak untuk dihormati. Keberadaannya di Negeri Indra Pranata, Semar sering menjadi perisai atas serangan berbahaya dari Batara kala yang selalu berusaha untuk menyantap atau menyerang para Pandawa. Semar adalah putra Sahyang Tunggal dan Dewi Wiranti. Iya memiliki dua saudara kandung yaitu sahyang Antaga (Togog) dan Sahyang Manikmaya (Batara Guru). Tiga bersaudara itu berasal dari telur Bercahaya yang pecah ketika dipuja oleh sahyang tunggal, kulitnya menjadi togok, putih telur nya menjadi Semar dan kuning telur nya menjadi Batara guru. Saat masih di kah yangan Semar bernama sah yang Ismaya dan mempunyai istri bernama Dewi Kanastri. Semar memiliki putra sepuluh yaitu sahyang bengkokkan, Temboro, Kuwera, Respati, siwah, Surya, Candra, Yamadipati, Kamajaya, Darmanastiti.
Semar bertempat tinggal di karang Kedempel, dengan nama Semar Badranaya, dan mengangkat tiga anak yaitu Gareng, Petruk, Bagong. Yang kemudian Semar, Gareng, Petruk, garing disebut Punakawan. Pernah kawan yang memiliki arti teman yang setia. Punakawan ikut dengan kesatria di manapun untuk membela kebenaran, jika menjadi penghibur di saat junjungannya sedang sedih. Semar diceritakan memiliki bentuk fisik yang sangat unik dapat disebut sebagai simbolisasi berbagai dualism di jagat raya ini. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya. Semar dilukiskan selalu tersenyum tapi matanya selalu sembap dan mengeluarkan air mata. Penggambaran ini adalah simbol dua Lisma suka dan duka yang menyertai manusia. Wajah sama terlihat tua tapi potongan rambutnya bergaya Kuncung seperti anak kecil. Ini sebagai simbol tua dan muda.
Semar dikenal dewa yang berpenampilan manusia lumrah (manusia dari Kasta Sudra). Hal ini menunjukkan, bahwa Semar merupakan sosok yang selalu memiliki sikap rendah hati serta berpenampilan sederhana, sekalipun iya masih keturunan dewa. Dari kesederhanaanya itu, Semar dianggap oleh Pandawa sebagai guru yang selalu mengajarkan agar hidup tidak tinggi hati sekalipun sebagai anak cucu dari seorang raja. Karena dengan kerendahan hatinya itu, Pandawa selalu dekat di hati seluruh rakyat. Sebagai simbol kearifan dalam khazanah budaya Jawa, Semar adalah dewa yang menyamar sebagai kawulo Alit untuk mengembalikan perdamaian di saat-saat yang gawat. Seperti konflik yang penuh dengan kekerasan antar komunitas etnis atau agama, merupakan kondisi yang dalam legenda pewayangan memerlukan kehadiran Semar.
Berikut berbagai ajaran moral juga tercermin kan pada berbagai sebutan atau nama lain dari Semar antara lain:
1. Semar bermakne Hasan ming Semar Semar yang artinya “ dua Sang penonton makna kehidupan “. Semar artinya tersamar atau tidak jelas. Semar secara seman. Mempunyai pengertian gaib atau misteri, tidak dapat dijangkau oleh akal. Semar berasal dari kata ‘ wa SAR “ yang berarti suatu yang memencar kan cahaya (Sri Mulyono, 1982, 41-42). Semar artinya datan kesamaran sakaliring kahanan, ingkang gumelar ya kang gumulung.
2. Tokoh Semar disebut dengan Badranaya yang terdiri dari kata Badra yang berarti rembulan (bulan) dan kata Naya yang berarti pimpinan, tuntunan, namun dapat dimaknai sebagai wajah. Istilah Badranaya berasal dari kata berbeda artinya membangun sarana dari dasar, dan kata Naya atau Nayaka artinya utusan penge rasul, jika dipadukan memiliki makna mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan umat manusia. Ada pula penjelasan istilah Badranaya berasal dari Badra berarti bulan, Naya berarti ulat atau pas Emon, artinya jika senang hati tokoh ini seperti bulan purnama. Hal ini berkaitan dengan bahasa Arab, bahwa kata Badra berasal dari kata Bed-ru Yang bermakne Ngakan bulan tanggal 14, bulan yang Bercahaya sangat terang (Musa Al Mochfoeld, 1976, 66).
3. Semar juga disebut pula dengan nayang Taka, ncie berarti ulat atau Opo Latan dan antaka berarti mati, jadi nama ini bermakne akan wajah Semar pucat Pasi laksana mayat (kamus bahasa Jawa (Bausastra Jawa), 2001,533).
4. Semar memiliki sebutan saran Sari memiliki makna semua tingkah laku Semar selalu memikat.
5. Gue juga tea artinya pelayan yang sangat setia dan bertanggung jawab terhadap kewajibannya.
6. Janggan Smara Santa artinya dadi guruning saben wangkang kegulung tapa brata, sabar drana, lila legawa (menjadi guru setiap orang yang gemar bertapa, sabar, dan ikhlas).
7. Juru Dyah Punta Prasanta Memiliki arti sebagai pamomong bagi para Satria yang memiliki keinginan untuk menyempurnakan keutamaan.
8. Dhudo Manang Munung Wujud tokoh Punakawan ini serba membingungkan, jika iya laki-laki memiliki payudara besar, Tetapi jika iya perempuan memiliki kumis, tidak menangis tidak tertawa, bukan manusia ataupun dewa.
9. Wong Boga Sampir Artinya seorang yang telah terhindar dari segala godaan, tidak terpengaruh oleh kenikmatan dan gemerlapan dunia, ia sebagai manusia yang merdeka lahir dan batin.
Filosofi Kepemimpinan Semar :
1. Asal-usul : Semar keturunan dewa namun tidak pernah membanggakan keturunan dan asal usulnya. Justru mengambil peran sebagai manusia kelas bawah namun berwibawa sebagaimana kelas atas.
2. Hidung Sunthi : Seorang pemimpin harus memiliki penciuman yang tajam, mengetahui semua persoalan yang ada pada rakyatnya, mengetahui keinginan dan kebutuhan rakyatnya.
3. Kuncung Putih : Pemikiran dan pandangan yang tua, dalam dan luas, bijaksana dalam menyampaikan pemikiran dan pandangan pada berbagai golongan rakyat.
4. Mata Rembesan : Seorang pemimpin harus memiliki pandangan yang tajam, mengetahui dan mudah tersentuh terhadap penderitaan rakyat.
5. Mulut Cablek : Seorang pemimpin haruslah berkata yang baik, dapat menghibur dan memberikan solusi bagi persoalan rakyatnya, memberi nasehat kebaikan, berkata jujur, cakap berbicara.
6. Giwang Lombok Abang : Pemimpin haruslah tahan terhadap kritikan dan masukan sepedes apapun serta mendengarkan semua keluh kesah rakyatnya.
7. Pocong Dagelan : Pemimpin harus mikul Duwur mendem Jero, menghargai jasa siapa pun dan menyembunyikan aib atau segala yang tidak baik.
8. Badan bulat warna hitam : Seorang pemimpin harus memiliki tekat yang bulat, serta cita cita yang kuat.
9. Tangan Nuding : Pemimpin harus dapat menjadi Panutan untuk menunjukkan ke arah kebenaran, menunjukkan jalan dan solusi persoalan yang dihadapi oleh rakyatnya.
10. Kain Kampuh Poleng : Pemimpin harus mampu mengendalikan hawa nafsu nya, Mengutamakan kepentingan rakyat dari kepentingan pribadi, lebih menghormati golongan rakyat jelata dibandingkan golongan atas atau kaya.
11. Posisi jongkok sekaligus berdiri : Seorang pemimpin harus selalu siap sedia melayani rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat, berperan ganda Sebagai majikan sekaligus klien. Klien yang selalu setia dan bertanggung jawab pada kewajibannya.
Setelah memahami dan mengetahui siapa Tokoh Wayang Semar ini, selanjutnya kita akan membahas mengenau korupsi.
Seperti yang kita ketahui di era sekarang ini tindak pidana korupsi telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perbuatan yang tidak terpuji yang dilakukan oleh para koruptor itu bahkan lebih besar yakni terampasnya hak-hak rakyat dan masyarakat luas.
Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin ‘corruptio’ atau ‘corruptus’. Corruptio memiliki arti beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan tang menghina atau memfitnah.
Kata corruptio masuk dalam Bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi corruptie. Kata corruptie dalam bahasa Belanda masuk kedalam kata perbendaharaan Indonesia yaitu menjadi korupsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah suatu tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi seseorang serta orang lain yang ikut terlibat dalam kasus ini.
Korupsi adalah suatu bentuk ketidakjujuran. Kecurangan atau tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan kekuasaan, untuk memperoleh keuntungan yang haram atau penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi seseorang serta orang lain yang juga ikut terlibat.
Definisi lainnya dari korupsi itu sendiri yaitu di sampai kan World Bank pada tahun 2000, yaitu “korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi”. Definisi World Bank ini menjadi standar Internasional dalam merumuskan korupsi.
Korupsi dijelaskan bahwa korupsi yang dimaksud adalah individu atau sekelompok orang dalam tindakan nya untuk memperkaya diri sendiri dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik atau menhalahgunakan jabatan yang dipercaya atau mengutamakan kepentingan diri secara tidak wajar, akibat dari tindakan tersebut ialah dapat merugikan berbagai pihak baik masyarakat maupun bangsa dan negara serta tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma norma kehidupan sosial dalam kehidupan Berbangsa dan bernegara (ada unsur melawan hukum) maka perbuatan tersebut dapat dipidana sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Dari berbagai pengertian diatas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen, yaitu:
1. Korupsi adalah suatu perilaku atau sebuah tindakan.
2. Kegiatan melanggar hukum atau menyimpang dari norma dan moral.
3. Ada penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
4. Terjadi atau dilakukan di lembaga pemerintahan atau swasta.
5. Dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok.
Dari penjelasan tersebut, maka antikorupsi menjadi sebuah antitesis. Pengertian antikorupsi adalah semua tindakan, perkataan, atau perbuatan yang menentang korupsi dan segala macam bentuk nya.
Dua Jenis Korupsi
1) Bureaucratio Corruption
Korupsi Yang terjadi di lingkungan birokrasi dan pelakunya para birokrat atau pegawai rendahan. Bentuknya biasanya menerima atau meminta swap dengan jumlah yang relatif kecil dari masyarakat. Jenis korupsi ini sering disebut petty corruption.
2) Political Corruption
Pelakunya adalah politisi di parlemen, pejabat tinggi di pemerintahan, serta penegak hukum di dalam atau di luar pengadilan. Korupsi melibatkan uang yang relatif besar dan orang orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, dunia usaha, atau pemerintahan. Jenis korupsi ini disebut grand corruption.
Salah satu tokoh pewayangan yang akan kita bahas dalam edisi kali ini adalah peranan Semar ketika mengakses para Pandawa Lima di dalam mengelola penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di negara Ngamarta.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Semar merupakan penjelmaan dewa Ismaya yang sangat tampan dan juga sakti Mandraguna, akan tetapi harus tampil sebagai Wong cilik (orang kecil). Oleh karena itu dirinya memandang perlu untuk bertindak sebagai wong cilik (orang kecil) yang hidup di tengah masyarakat pada umumnya.
Semar dan anak-anaknya Gareng, Petruk dan Bagong dalam aplikasi kehidupan sering kali diartikan dengan wong cilik yang selalu tanggap terhadap keadaan negara nya. Semisal ada bahaya yang mengancam negara, mereka tak akan segan untuk mendarmabaktikan apa yang mereka miliki untuk kepentingan bersama. Akan tetapi ketika tingkat perekonomian negara lebih baik, maka tidak pernah meminta ataupun menuntut peningkatan kesejahteraan tersebut mereka sudah mengerti konsep “nerimo ing pandum” yang setelah diajarkan oleh nenek moyang nya sejak jaman dahulu.
Potensi konflik yang kita hadapi selama ini bersumber dari Prasangka mayoritas dan minoritas justru karena kemunafikan kita dalam menghadapi kemajemukan. Oleh karena itu, rumusan final antar umat beragama yang perlu dicetuskan adalah dengan memakai prinsip kejujuran. Kejujuran merupakan wujud kebenaran hati, yang diungkap dengan kata maupun perbuatan. Sifat jujur sangat penting bagi diri seseorang. Jujur adalah sebuah dasar Dan menjadi patokan sebuah kepercayaan yang telah diberikan oleh seseorang.
Bagaimana Gaya & Jiwa Pemimpin Tokoh Semar
Mengapa korupsi dapat terjadi??
Akar penyebab korupsi, kata Ibnu Khaldun, Sejarawan dan pemikir Muslim asal Tunisia ketika menulis soal ini sekitar abad ke 14, lantaran nafsu hidup. Kalangan kelompok berkuasa memiliki nafsu hidup untuk bermewah-mewah.
Meski dirancang oleh pelaku sedemikian rupa dengan gerak gerik nya yang rahasia, cenderung melibatkan lebih dari satu orang, ciri-ciri atau indikator korupsi tetap bisa terlacak oleh aparat penegak hukum.
Penyebab korupsi yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja termasuk lingkungan sekitar.Ada tiga faktor yang membuat seseorang melakukan korupsi, yaitu:
Pressure (tekanan)
Memiliki Motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya tekanan, salah satunya karena motif ekonomi. Namun, tekanan ini kadang tidak benar benar ada, hanya pelaku saja yang berfikir kalau mereka merasa tertekan.
Opportunity (kesempatan)
Adanya kesempatan membuat seseorang Tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku melakukan korupsi.
Rasionalization (rasionalisasi)
Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini ternyata dapat menipis kan serta mengurangi perasaan rasa bersalah yang dimiliki pelaku dan merasa dirinya tidak mendapatkan keadilan. Sebagai contoh “ saya korupsi karena tidak digaji dengan layak “. Sebagaimana yang diutarakan korupsi terjadi kalau ada kesempatan melakukannya. Tak heran, jika banyak yang melakukan tindakan tidak terpuji dan tidak patut untuk di contoh tersebut.
Aksi Semar dalam Pembentukan Pendidikan Anti Korupsi dan Nilai-nilai Integritas
Dalam aksi Semar dalam pembentukan pendidikan antikorupsi dan integritas sesungguhnya diawali dari hati. Hati merupakan sesuatu yang paling penting dan mulia pada diri setiap manusia sebagai insan ciptaan Tuhan yang Maha esa. Suatu aktivitas dapat dinilai benar atau salah tergantung pada niat atau maksud yang bersumber dari suara hatinya, sehingga sering diungkapkan dalam kehidupan keseharian bahwa segala perilaku atau perbuatan manusia tergantung pada niat yang bersumber dalam hatinya dan yang selalu berusaha.
Lakon Semar Bangun Kayangan dinilai oleh anggota DPRD Jawa Tengah Kadarwati sangat menginspirasi. Ketokohan Semar sebagai simbol Wong cilik, rakyat jelata, mencoba membangun kayangan Yang dimaksud Semar bukanlah istana megah melainkan untuk memberikan sikap pemimpin untuk berorientasi pada rakyatnya. Pemimpin harus memiliki rasa Asah, Asih, asuh, ngopeni (memelihara) dan mengayomi (memakmurkan).
Tujuannya tercipta negeri makmur, adil, sejahtera, dan sentosa, Gemah Ripah loh Jinawi.
Dalam dunia Pewayangan, masyarakat sangat familiar dengan nama-nama tokoh seperti Semar, Gareng, Bagong dan petruk dalam budaya Jawa ke empat tokoh Djenaka tersebut merupakan Punakawan Pandawa (empat bersaudara) pengiring kesatria Pandawa lima. Namun mungkin tak banyak yang tahu jika empat karakter Djenaka dalam pewayangan tersebut merupakan karya Sunan Kalijaga yang awalnya digunakan sebagai sebuah metode dakwah dalam menyebarkan Islam di Nusantara pengubahan wayang dengan memasukkan nilai nilai Islam dilakukan Sunan Kalijaga sekitar tahun 1443M.
Di antara ke empat tokoh di atas, sesak Semar menjadi tokoh sentral dalam pewayangan dan merupakan pemimpin ketiga tokoh lainnya. Secara Javanologi, Semar berarti HC ming Semar Semar. Sedangkan secara harafiah, Semar berarti Sang penonton makna kehidupan. Sesak Semar dikenal karakter Yang Arif dan bijaksana. Iya bisa bergaul dengan siapa saja, baik kalangan atas maupun kalangan bawah. Sesak nya sangat Tanggap terhadap dinamika jaman dan idealis atas prinsip kebenaran. Tatkala ditemukan ke tidak adilan dan tindakan sewenang-wenang, maka iya dengan tegas melakukan tindakan preventif, persuasif dan represif. Bahkan, iya rela mempertaruhkan segalanya demi amanat yang diterimanya dari Sang Maha kuasa. Ada beberapa simbol nilai religius pada sosok karakter kepimpinan Semar, yaitu:
1.) Tangan kanan menunjuk ke atas dengan telunjuk tegak mengisyaratkan secara jelas ketauhidan atas pengakuan mengesakan Allah SWT. Apapun yang dilakukan dalam kehidupan wujud penghambaan diri dan hanya karena Allah SWT semata. Semua gerak hidup pemimpin harus sujud mengabdi dan merujuk pada aturan Sang pencipta Allah SWT.Bukan sebaliknya, menganggap diri yang patut disembah (melalui berbagai varian nya) dengan keangkuhan atas aturan yang dibuat.
2.) Tangan kiri dibelakang. Posisi ini mengisyaratkan bahwa apapun kebaikan yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manusia secara umum, sebaiknya disembunyikan agar tidak muncul ujub(merasa diri lebih baik) atas kebaikan yang dilakukan. Sebab, apa yang dilakukan pada sesama perlu keikhlasan yang tak perlu dipublikasikan. Bukan sebaliknya, semua yang dilakukan pada sesama (meski terkadang tak seberapa) dipublikasikan Dan di viral kan untuk mengangkat Pamor dan elektabilitas diri agar diketahui semua orang. Sikap pemimpin seperti ini merupakan tampilan sikap ujub dan hilangnya keikhlasan atas apa yang dilakukan.
3.) Tangan kanan terlihat ke depan dan tangan kiri tersembunyi di belakang merupakan wujud iklasan dan interaksi sesama. Tangan kiri dibelakang simbol tak ingin ujub atas apa yang dilakukan.
4.) Tangan kanan ke atas, tangan kiri ke bawah yang ditampilkan sosok Semar memiliki kemiripan dengan tarian Sufi Jalaludin Rumi (dikenal dengan whirling dervishes). Makna dari simbol tersebut adalah menyadarkan diri bahwa semua yang dimiliki merupakan amanah, milik, dan anugerah yang Maha kuasa. Ke semua titipanNYA diperoleh, maka jangan lupa untuk membaginya pada yang di bawah. Hal ini mengingatkan manusia pada ajaran agama supaya tidak menjadi pribadi yang egois, serakah, lupa diri, tapi menjadi sosok pribadi yang selalu berbagi dan menyebarkan kebaikan pada seluruh alam semesta. Bukan sebaliknya, semua keuntungan untuk memperkaya diri (berikut dinikmati seputar ikat pinggang) dan setiap yang dilakukan untuk sesama, dipublikasikan dimana-mana.
Memiliki Kuncung rambut seperti anak anak, tetapi berwajah tua. Simbol ini merupakan isyarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Maksudnya, untuk mencapai derajat pemimpin ideal, seseorang harus memiliki sisi kejernihan berpikir (seperti yang dimiliki anak-anak) sekaligus sisi kematangan berfikir (seperti yang dimiliki orang tua). Melalui kejernihan dan kematangan berfikir, seorang pemimpin akan mampu melahirkan kebijaksanaanmu dalam setiap putusan yang diambil. Bukan sebaliknya, berperilaku seperti anak-anak ketika memperebutkan mainan dan bagai orang tua Jompo yang hanya minta dilayani.
5.) Matanya digambarkan seolah menangis, tapi bibirnya mengi syaratkan tawa kebahagiaan. Hal ini merupakan gambaran isi kehidupan di dunia yang Fana. Setiap diri melalui membuka dan momen suka. Semua pasti terjadi pada setiap orang, dan tak mampu dihindari. Disisi lain, posisi air mata (posisi atas) dan senyuman (posisi bawa) menampilkan seseorang pemimpin harus mampu merubah kesedihan rakyat menjadi senyum kebahagiaan. Meski senyum kebahagiaan telah dirasakan rakyat, seorang pemimpin tatkala berada “bersendiri” dalam munajat pada Allah, air matanya tak pernah kering menangis mengharapkan kasih sayang Allah untuk semua yang dipimpinnya. Hal ini merupakan implementasi bentuk akhlak Rasulullah terhadap umatnya. Bukan sebaliknya, senyumnya banyak untuk diri sendiri, tak peduli tetesan air mata umat membasahi alam semesta.
6.) Tokoh Semar, Gareng, Bagong dan Petruk merupakan simbol 4 (empat) jenis nafsu pada manusia, yaitu nafsu muthmainnah, lawwamah, sufiah, dan ammarah. Kesemua nafsu tersebut secara fitnah ada pada setiap diri. Namun, bila manusia ingin keselamatan hidup, maka nafsu muthmainnah harus menjadi pengendali atas ketiga jenis nafsu lainnya. Bila tidak, maka manusia akan tersesat oleh nafsunya sendiri. Hal yang sama pada tampilan keempat tokoh wayang diatas, menjadi indah dan penuh pesan tatkala hadirnya sesak Semar yang lebih dominan dalam interaksi ke empat tokoh tersebut. Dimensi ini perlu dimiliki oleh setiap pemimpin atas yang dipimpin dan semua manusia atas dirinya. Bukan sebaliknya, dominasi nafsu muthmainnah hilang oleh hempasan kuasa ketiga nafsu lainnya yang lebih berkuasa dan menguasai diri. Bila hal ini terjadi, maka hilanglah menilai kebijakan dalam semua kebijakan Yang dibuat dan perilaku yang ditampilkan.
7.) Semar seolah olah tidak pernah mengenal kata sedih. Bila berbicara nya salah Spontan, tetapi mengandung kebenaran. Setiap bertutur selalu menghibur sehingga orang yang sedi menjadi gembira. Demikian simbol sesak pemimpin meski derita dan kesedihan yang dirasakan, namun tak pernah iya terlihat kan pada orang lain. Bagai tampilan ayah dan ibu. Meski berat beban yang dipikul untuk membahagiakan anak anaknya, semua beban dan kesedihan disembunyikan agar tak diketahui anak anaknya. Mereka tak ingin rakyat atau anak anaknya ikut menangis. Mereka nikmati beban dan kesedihan untuk dirinya, asal rakyat atau anak anaknya senantiasa bahagia. Bukan sebaliknya, hanya ingin diri (berikut kolega) tersenyum dalam kemewahan, sementara rakyat atau anak anaknya menangis pilu dalam penderitaan.
8.) Pementasan wayang tak bisa dilepaskan dengan Iringan Gamelan. Gamelan merupakan musik pengiring pementasan ke empat tokoh yang diciptakan oleh Sunan Bonang. Bila dihayati dan didengarkan secara Seksama, irama Gamelan merupakan ungkapan Syahadatain. Wujud ini ketauhidan. Demikian sakralnya Gamelan, sehingga para pemainnya harus mampu menjaga Wudu dan fokus pada Irama Syahadatain, bukan pada “tembang” yang dinyanyikan. Tembang yang dilantunkan merupakan dinamika yang terjadi pada masyarakat dengan pesan pesan keagamaan dan sosial yang sarat nilai. Sosok pemimpin yang ditampilkan oleh Semar perlu pengiring (Gamelan) yang membuat gerak kebijakan tetap menyatu dalam asma Allah SWT. Gamelan yang mengiringi “pementasan” Semar merupakan simbol ulama yang tafaqquh fi ad-din secara kafah, Bukan sebatas tampilan aksesoris, untaian kata, atau keanggunan “rumah yang didiami”. Musik Gamelan mengingatkan Semar untuk senantiasa bermunajat mengingat Sang pencipta. Para pemain Gamelan (ulama) yang tetap “menjaga Wudhunya” agar senantiasa bersih dari noda (Zahir dan batin). Bukan sebaliknya, suara musik yang masuk (Para pembisik) yang meluapkan pemimpin dari kebenaran Ilahi, pemain musik yang tak pernah tersentuh air Wudhu (jauh dari Allah) dan irama musik yang melantunkan keserakahan dan kesombongan.
9.) Jiwa kesatria. Semar menampilkan Sasa kesatria dan sahabat yang peduli. Apa diucap tak perlu diragukan, bukan baling baling di atas bukit (munafik) katanya Santun penuh makna. Saling membantu dengan tulus, tanpa janji yang justru diingkari. Katanya adalah janji sebagai wujud karakter diri. Tak pandai bersilat lidah berbicara di sebaik niat tersembunyi. Bila ber tentangan Dengan aturan agama dan hukum ditentangnya tanpa tebang pilih. Idealisme diri yang tak pernah tergoda oleh kepentingan “politik belah bambu” yang serat kepentingan material. Saling menghargai sesama dengan kata yang pasti. Kebijakan dan janji yang bukan bagi “lempar batu sembunyi tangan” atau berlindung Idealisme yang sudah digadaikan.
Berikut ini 10 Wejangan Semar tentang Kehidupan Manusia Jawa Sejati:
(1) ojo ngaku unggul yen iseh seneng ngasor akeh wong liyo. (Jangan mengaku teratas atau kaya, jika masih senang menganggap orang lain di bawah atau tidak punya apa-apa).
(2) Urip iku Urup (Hidup itu menghidupi, memberi manfaat, memberi bantuan kepada yang kekurangan).
(3) Memayu hayuning bawana, ambarasti dur hangkara. (Wajib hukumnya memberikan keselamatan, kehangatan dan kesejahteraan serta membuang jauh sifat angakara murkah, serakah dan tamak).
(4) Datan serik, lamun ketaman, datan susah lamun kepangan. (Jangan mudah sakit hati saat musibah dan hasutan menimpah dan jangan sedih jika kehilangan sesuatu).
(5) Aja ketungkul marang kalungguhan, kadayan lam kemareman. (Jangan pernah terobsesi dengan kedudukan, materi, dan kepuasan yang bersifat duniawi).
(6) Ojo ngaku pinter yen durung biso ngoleki lupute awak dewe. (Jangan mengaku pandai jika belum bisa mencari kesalahan atau kekurangan pada diri sendiri).
(7) Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja ngaleman. (Jangan mudah takjub, jangan mudah kecewa, jangan mudah terkejut, jangan mudah manja).
(8) Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal karu Gusti. (Jangan mengaku suci jika belum bisa menyatu dengan Allah SWT).
(9) Ngluruk tanpa bola, menang tanpa ngasorake. sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha. (berjuang tanpa pasukan atau massa, menang tanpa menyatakan mengalahkan, sakti tanpa memamerkan pusaka, kaya tanpa menunjukkan harta benda).
(10) Suro diro joyo jayaningrat leburing dening pangastuti. (Semua sifat picik, keras hati, dan angkara murka, cuma bisa dikalahkan dengan sikap yang bijaksana, lembut hati dan sabar).
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Semar merupakan penjelmaan Dewa Ismaya yang sangat tampan dan sakti mandraguna, akan terapi harus tampil sebagai Wong cilik. Oleh Karena itu dirinya memandang perlu untuk bertindak sebagai cilik yang hidup di tengah masyarakat pada umumnya.
Seman dan anak anaknya Gareng, Petruk dan Bagong dalam aplikasi kehidupan sering diartikan dengan sebutan wongcilik yang selalu Tanggap terhadap keadaan negara nya. Kalo ada bahaya yang mengancam negara, mereka tak segan untuk mendarmabaktikan apa yang mereka miliki untuk kepentingan bersama. Akan tetapi ketika tingkat perekonomian negara lebih baik, mereka tidak pernah meminta ataupun menuntut peningkatan kesejahteraan tersebut. Mereka sudah mengerti konsep “nerimo ing pandum” yang telah diajarkan oleh nenek moyang nya sejak jaman dahulu.
Walaupun mereka menyadari bahwa mereka “dewa ngejawantah”, akan tetapi mereka menyadari pula bahwa badan Wada nya berasal dari kalangan masyarakat kebanyakan yang mengharuskan mereka untuk hidup sebagai masyarakat kebanyakan pula. Apalagi dalam sejarah mereka pernah terjadi hal yang bertentangan dengan kodrat dan Iradat mereka, yaitu ketika Petruk menjadi seorang raja dan harus berakhir dengan tragis.
Semar dan anak anaknya tidak segan untuk memberikan informasi dan masukan masukan yang berguna bagi bangsa dan negara nya dengan cara yang sopan dan penuh rasa tanggung jawab. Dan para Pandawa selaku Satriyan yang Projo tidak pernah menolak informasi dan informasi yang diterima dari sumber dan anak anaknya, bahkan seringkali mereka meminta petuah atau nasehat dari Semar dan anak anaknya di dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan di negara Ngamarta.
Hubungan secara lahir dan batin antara Semar dan Pandawa inilah yang harus dicontoh dalam menciptakan kehidupan Berbangsa dan bernegara yang lebih baik lagi. Artinya pemerintah bertindak seperti Pandawalima dan menyelenggarakan roda pemerintahan dan rakyat bertindak sebagai Semar dalam mengeluarkan aspirasinya.
Cara pencegahan korupsi
1) Pembentukan Lembaga Anti Korupsi
Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan mendirikan organisasi independen yang didedikasikan untuk pemberantasan korupsi. Misalnya, di beberapa negara telah dibentuk organisasi yang disebut ombudsman.
2) Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik untuk menyatakan dan mengungkapkan jumlah kekayaan mereka sebelum dan sesudah menjabat.
3) Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu upaya Pemberantasan korupsi adalah dengan memberikan hak akses informasi kepada masyarakat. Harus ada sistem agar publik (termasuk media) berhak meminta semua informasi mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak pada kehidupan banyak orang.
Gerakan antikorupsi yang selama ini telah bergelora dan merajalela di negeri ini, harus terus membara, kebersamaan semangat untuk memberantas, kesamaan kesadaran dan tujuan seluruh elemen bangsa untuk memerangi tindak pidana korupsi. Bukan saja harus dijaga melainkan terus kita tingkatkan agar negeri ini bebas dari tindak pidana korupsi. Dengan begini maka tindak kejahatan korupsi dinegeri ini setidaknya dapat berkurang.
Aksi Semar merupakan Pengkajian pembelajaran secara kolaboratif humanis berupa aksi yang diawali mendidik dengan hati yang merupakan persoalan yang paling penting agar konsep konsep dapat dipahami dengan memberikan stimulus, perhatian secara emosional dan logis, motivasi yang dapat diterima peserta didik dan mampu diterapkan dalam aktivitas hidup agar berjalan dengan baik dan benar. Suasana inilah yang akan mendorong minat dan membangun suatu sistem kepercayaan atau keyakinan, yang selanjutnya akan menuntun terwujudnya suatu tindakan akibat respon yang diterimanya, untuk meningkatkan kualitas perilaku konsep-konsep karakter yang diharapkan.
Daftar Pustaka:
Wibowo, Ari, Doni. (2021). Aksi Semar Dalam Pembentukan Pendidikan anti Korupsi & Niali-nilai Integritas. Dwijo.id : Surakarta.
Tetuko, Djoko. (2020). Korupsi, Kolusi, Resesi dan Wejangan Semar.wartatransparansi.com.
Izzati, Afina. (2017).Nilai-nilai Konstruksi Harmoni Perspektif Tokoh Wayang Semar. ResearchGate.net : Kudus.
Hamzah, Eli. (2013). Semar Tokoh Pewayangan “Dewa Ngejawantah Dadi Wong Cilik”. Lawangpost.com.
Informasi, Aksi. (2023). Ciri-ciri dan Indikator Penyebab Korupsi. Aclc.kpk.go.id : Jakarta
Siswanto, Nurhadi. Filosofi Kepemimpinan Semar. digilib.isi.ac.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H