Mohon tunggu...
Mega Pratiwi
Mega Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Olahraga dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Langkah Tangguh: Kisah Inspiratif Seorang Pedagang Sayur keliling Penerima Bantuan Sosial dari Pemerintah di Desa Arang Limbung Kubu Raya

8 April 2024   20:02 Diperbarui: 19 Mei 2024   08:33 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar 1: tampak depan rumah (foto dari penulis)

Kondisi Keluarga

Ibu Haryani seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun yang merupakan salah satu penerima bantuan sosial dari pemerintah yaitu bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Desa Arang Limbung. Ibu Haryani merupakan seorang penjual sayur masak keliling. Riwayat pendidikan terakhir hanya tamatan SD. Ibu Haryani sudah lama bercerai dengan suaminya sejak tahun 2011, sehingga ibu Haryani harus menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi anak-anaknya.

Ibu Haryani memiliki 4 orang anak, yang terdiri dari 2 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Anak perempuan yang pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah dengan ibu Haryani. Anak laki-laki ketiga berumur 18 tahun yang sudah putus sekolah sejak dibangku SD dan memilih untuk bekerja, namun pekerjaannya tidak menentu kadang bekerja dan kadang menganggur, biasanya ia diajak orang bekerja menjadi tukang bangunan rumah dengan gaji sekitar Rp. 100.000 sehari. 

Dari hasil upahnya bekerja Rp 50.000 di berikan kepada ibu haryani untuk membantu keperluan sehari-hari. Sedangkan anaknya yang bungsu masih sekolah kelas 3 SMP. Ibu Haryani ingin anak bungsunya ini menempuh pendidikan hingga lulus SMA, karena ketiga anak ibu Haryani tidak ada yang tamat hingga ke jenjang SMA.

Keseharian ibu Haryani setiap jam 9 pagi ia berkeliling menjajakan sayur punya orang lain dengan berjalan kaki. Ibu Haryani sudah 4 tahun bekerja menjadi penjual sayur masak keliling. Dia menawarkan sayur dari rumah ke rumah disekitar tempat tinggalnya, sayur yang ia bawa bermacam-macam dan dijual dengan harga Rp. 5.000 per bungkus. Dalam sehari ibu Haryani membawa 50 bungkus sayur, jika semua sayur yang dibawa ibu Haryani habis terjual maka ibu Haryani mendapatkan upah Rp 30.000 akan tetapi jika sepi pembeli ibu Haryani hanya bisa menjual 20-30 bungkus dan diberi upah Rp 25.000. Jika hari hujan ibu Haryani tidak berkerja.

Dalam sebulan penghasilan yang didapatkan ibu Haryani sekitar Rp 800.000 dan setiap bulannya juga ibu Haryani harus membayar kontrakan rumahnya Rp 450.000 yang sudah termasuk biaya listrik. Pengeluaran kebutuhan sehari-hari ibu Haryani sekitar Rp 50.000 untuk belanja sembako, gas, jajan sekolah anak dan keperluan lainnya. 

Untuk frekuensi makan keluarga ibu Haryani 2 kali sehari. Fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan ibu Haryani dan anak-anaknya adalah puskesmas dekat rumahnya dan untuk biaya pengobatan secara gratis karena mendapatkan layanan BPJS kesehatan. Ibu Haryani mengatakan bahwa pendapatan yang ia dapatkan ditambah dengan penghasilan anaknya yang ketiga jika bekerja, belum cukup sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mengingat kebutuhan pokok yang semakin hari mengalami kenaikan harga.

Bantuan yang didapatkan oleh ibu Haryani yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang diterima sejak tahun 2016 hingga sekarang. Untuk bantuan PKH ibu Haryani menerima bantuan komponen anak sekolah tinggkat SMP yaitu bantuan uang sebesar Rp 375.000 yang diterima dalam 2 bulan sekali. Pada bulan januari 2024 proses pencairan PKH untuk tahap pertama yang ibu Haryani terima. 

Dalam bantuan PKH komponen anak sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA masing-masing mendapatkan nominal bantuan yang berbeda-beda. Anak sekolah tingkat SD mendapatkan uang Rp 225.000 tingkat SMP Rp 375.000 dan untuk anak sekolah tingkat SMA sebesar Rp 500.000. Ibu Haryani juga mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sebesar Rp. 200.000 yang diterima setiap 2 bulan sekali. 

Pertama kali ibu Haryani mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yaitu berupa sembako seperti beras, telur, kacang hijau, dan kacang tanah, tetapi pada tahun 2021 diubah menjadi uang dikarenakan agen sembako yang korupsi dan mencurangi bahan sembako yang diterima masyarakat sehingga pemerintah mengubah bantuan tersebut berupa uang tunai. Kedua bantuan yang diterima ibu Haryani disalurkan pemerintah secara langsung melalui kartu  ATM PKH yang sudah dibagikan kepada setiap penerima bantuan sosial.

Kondisi Rumah dan Kepemilikan Aset

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan secara langsung, ibu Haryani dan anaknya tinggal disebuah rumah kontrakan di desa Arang Limbung. Rumah ini berukuran 3x6 meter dengan luas tanah 4x8 meter. Kondisi bangunan rumah ibu Haryani terbuat dari setengah tembok dan setengah kayu, pada bagian depan rumah terbuat dari semen dan dibagian ruang tamu serta kamar terbuat dari kayu. Untuk lantai rumah ibu Haryani terbuat dari plaster semen dan atap rumah menggunakan seng. 

Rumah ini hanya memiliki tiga ruangan yang bersekat, yaitu ruang tamu, satu kamar, dapur kecil dan terdapat bilik kecil untuk mencuci dan mandi. Di dalam rumah ibu Haryani tidak ada barang elektronik seperti mesin cuci, kulkas, tv, kipas angin dan untuk alat transportasi motor juga tidak ada. 

Untuk bepergian seperti kesekolah, pasar, berobat keluarga ini meminjam motor milik suami anak perempuan yang pertama. Didalam rumahnya hanya terdapat rice cooker dan hp yang dimiliki oleh anaknya. Penerangan dirumah ini menggunakan lampu listrik dengan daya 450 watt. Sumber air minum ibu Haryani berasal dari air hujan yang ditampung menggunakan tempayan dan ember, sedangkan sumber mandi dan cuci berasal dari sumur. Untuk keperluan sanitasi, keluarga ini menggunakan WC sendiri yang memiliki septic tank.

gambar 2: ruang tamu ibu haryani (foto dari penulis)
gambar 2: ruang tamu ibu haryani (foto dari penulis)

Keadaan Lingkungan Sekitar 

Lingkungan sekitar kontrakan rumah ibu Haryani, terhampar ladang sawah yang menghijau milik orang lain. Ketika membuka pintu, mata akan langsung disuguhkan pemandangan sawah yang luas dan ada parit kecil yang mengalir di sisi jalan. Untuk menuju kerumah ibu Haryani harus melewati gang sempit yang hanya bisa dilewati oleh sepeda motor saja. 

Rumah ibu Haryani terletak di ujung gang dan bersebelahan dengan rumah kakaknya, hanya tembok saja yang menjadi pembatas antara rumah mereka. Di sebelah kiri rumah ibu Haryani terdapat rumah anak perempuan pertama yang sudah menikah. Di gang ini hanya terdapat beberapa rumah kontrakan yang dihuni masyarakat dan gang tersebut terasa sunyi dari kebisingan kendaraan besar.

gambar 3: kondisi keadaan sekitar rumah ibu haryani (foto dari penulis)
gambar 3: kondisi keadaan sekitar rumah ibu haryani (foto dari penulis)

"Wawancara dan Observasi ini dilakukan dibulan Februari-Maret 2024"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun