Setiap tahun memiliki tren masing - masing. Tentu kompasianer tidak lupa tren tahun 2020 yaitu dimulai dengan sepeda, fitness online, tanaman janda bolong hingga memelihara ikan cupang. Tren tersebut berkaitan dengan hobi dan aktivitas fisik karena waktu luang yang cenderung meningkat, pembatasan interaksi di luar rumah disertai kebutuhan menjaga daya tahan tubuh saat pandemi covid-19.Â
Apa tren 2021? Menurut saya, tren bisa diciptakan, dengan semakin mudahnya sesuatu yang viral, lalu tren tersebut mudah dilakukan seluruh lapisan masyarakat ditambah pengaruh influencer. Daripada mengira - ngira tren 2021, saya memilih ingin mencetuskan ide Tren 2021 berkaitan dengan dunia anak yaitu mengembalikan buku, permainan non-gadget dan olahraga supaya menjadi tren baru anak - anak.
Gadget bisa menjadi boomerang bagi orangtua, banyak sudah penelitian yang mengemukakan efek buruk gadget. Beberapa efek buruk gadget yaitu:
1. Kecanduan
  Game yang menarik beserta interaksi sosial ala gamers di dalamnya membuat anak susah mengakhiri permainan. Selain game, tontonan streaming juga membuat anak tak bergeming apalagi dalam fitur tontonan streaming akan muncul rekomendasi tontonan serupa setelah 1 durasi selesai. Anak yang kecanduan gadget bisa memicu emosi apabila keinginan tidak dituruti.
2. Meniru perkataan kasar dan vandalisme
  Di dalam game online terdapat interaksi yang tidak bisa selalu di kontrol oleh orangtua. Karena sifatnya yang online artinya tidak terbatas ruang, sehingga bisa bertemu dengan berbagai karakter individu. Adrenaline dalam game online membuat anak kadang meluapkan kekesalan dengan umpatan, atau menyerap umpatan dari siapapun lawannya dalam game tersebut. Aksi vandalisme di dalam game maupun aksi fisik juga bisa ditiru anak.
3. Bisa menyebabkan overweight
  Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan gadget berpengaruh pada fisik. Kita memakai gadget pasti antara sedang duduk atau rebahan, ditambah lagi kegiatan luar dibatasi, nutrisi berlebih yang seharusnya dibakar mengendap dalam wujud lemak.
4. Anak lebih menyukai sesuatu yang instan
   Banyak kemudahan yang diperoleh dari gadget. Salah satu fitur yang menyenangkan adalah fitur pencarian, hanya membutuhkan sepersekian detik memunculkan banyak informasi. Kemudahan ini tidak selalu baik terutama untuk pembelajaran. Anak lebih tertarik menggunakan kolom pencarian dan menemukan jawaban secara instan, bahkan kalimat soal bisa persis ada dalam pembahasan pencarian jawaban. Sedangkan jika memakai buku cetak, ilmu mencari jawaban pada buku dapat melatih kesabaran dalam membaca dan mendalami kalimat demi kalimat.
5. Kedekatan dengan orangtua berkurang
   Tidak hanya anak, orang dewasa pun saat berselancar dengan gadget akan mengurangi indera pendengaran dan ketidakfokusan terhadap lawan bicara. Intensitas bermain gadget akan mengurangi intensitas interaksi dengan orang terdekat. Terlebih jika ada orangtua yang berpemikiran bahwa diamnya anak lebih baik daripada aktivitas lainnya yang membuat rumah berantakan.
6. Kepedulian diri terhadap orang sekitar berkurang
   Sama dengan poin 5, karena fokus dengan gadget membuat kepekaan diri dengan sekitar berkurang. Apalagi munculnya sosial media dengan berbagai pola pikir penuh candaan yang kadang keluar batas etika masyarakat.
Para ahli menyarankan waktu maksimal anak mengakses gadget adalah 1–2 jam per hari. Berikut ini adalah durasi anak main gadget yang disarankan berdasarkan usianya:
- Anak usia di bawah 2 tahun disarankan sama sekali tidak diberi akses pada gadget. Jika benar-benar diperlukan, anak usia di atas 1,5 tahun dapat mengakses gadget dengan didampingi orang tua dan tidak lebih dari 1 jam per hari.
- Anak usia 2–5 tahun disarankan mengakses gadget hanya 1 jam per hari, itu pun sebaiknya program yang berkualitas.
- Anak usia 6 tahun ke atas boleh bermain gadget, tapi dengan waktu yang sudah disepakati bersama orang tua, misalnya hanya pada akhir pekan atau maksimal 2 jam per hari. (Sumber)
Penggunaan gadget bukan berarti dilarang sama sekali, namun ada baiknya dibatasi dan diselingi kegiatan yang melatih motorik dan kognitif anak. Saat anak bersama gadget bagai waktu bersantai bagi orangtuanya dan rumah tidak berantakan, tapi percayalah pengorbanan untuk bisa melatih anak supaya tidak erat dengan gadget akan berdampak baik pada tumbuh kembangnya.
Mari beralih dari penggunaan gadget ke hal - hal yang mengasyikkan lain, seperti buku, permainan non-gadget dan olahraga. Untuk anak balita yang belum terlanjur kecanduan gadget, orangtua bisa berpura-pura gadget rusak dan menyediakan buku cerita, buku gambar, buku interaktif dan permainan edukatif. Bagi anak usia sekolah agak sulit untuk mengalihkan, tapi bisa sediakan alat - alat untuk permainan non-gadget misalnya sepeda, panahan, uno, monopoli, mainan berbasis kreatifitas seperti building block, domino, dll. Aktivitas olahraga juga tetap bisa dilakukan dengan tetap menjaga jarak. Di masa pandemi tahun kemarin saja masih bisa bersepeda, karena walau bersepeda bisa menjaga jarak.
Olahraga yang bisa menjadi tren 2021 dan sekaligus menarik anak adalah tipe olahraga yang tidak jauh dari tema action di game online, olahraga ini juga tetap bisa dilakukan oleh anak perempuan. Olahraga yang bisa menjadi pilihan:
1. Berkuda
2. Panahan
3. Paintball
4. Anggar
5. Bela diri
6. Memancing
Selain olahraga, aktivitas fisik yang membutuhkan kerjasama bisa membawa pengalaman seru bagi anak, yaitu bercocok tanam, membuat kolam ikan, memelihara ayam/kelinci, membuat api buatan. Dengan aktivitas itu, Anak bisa diajarkan cara - cara dasar bertahan hidup.
Akankah buku, permainan non gadget dan olahraga di atas bisa menjadi tren 2021? Tergantung pembaca dan masyarakat, apakah mau dan ingin berusaha supaya menghindarkan anak dari kecanduan gadget?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H