Sudah jadi rahasia umum, mengajak orang tua berobat itu kadang butuh kesabaran ekstra, bahkan berlapis-lapis. Meski tahu ada gejala yang mengkhawatirkan, mereka sering memilih untuk menutup-nutupinya dengan berbagai alasan: "Nggak usah, ini cuma pegal biasa", atau "Sudahlah, ngapain repot-repot keluar uang lagi". Dan yang paling sering keluar "Jangan buat kamu repot-repot, toh Bapak/Ibu masih kuat".Tapi hati kecil kita tahu, ini bukan soal pegal atau tidaknya, bukan soal kuat atau lemahnya, tapi lebih kepada kesehatan mereka yang semakin menurun seiring bertambahnya usia.
Sebagai anak, kita tentu ingin mereka tetap sehat. Namun sayangnya, keinginan itu sering berhadapan dengan pola pikir orang tua yang lebih memilih "bersabar" daripada memeriksakan kesehatan mereka. Jujur saja, sikap seperti ini menimbulkan keresahan tersendiri. Bagaimana mungkin kita bisa tenang melihat mereka menahan sakit tanpa kepastian apakah itu sekadar sakit biasa atau ada yang lebih serius? Di satu sisi, kita tahu mereka tidak ingin merepotkan, tapi di sisi lain, justru ketidakinginan mereka itu yang sering kali justru jadi "beban".
Alasan-Alasan Klasik yang Sering Diucapkan
Jika direnungkan, alasan-alasan yang sering kita dengar dari orang tua ini cukup klasik dan hampir selalu sama. Ada tiga alasan utama yang paling sering mereka ucapkan: biaya, ketakutan akan hasil pemeriksaan, dan tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Ketiga alasan ini mungkin terdengar sederhana, tapi dampaknya bisa begitu dalam, baik bagi mereka maupun bagi kita sebagai anak-anaknya.
1. Biaya yang Menghantui
Banyak orang tua yang beranggapan bahwa berobat itu mahal. Mereka masih terbawa pola pikir masa lalu, yang mungkin kesehatan dianggap sebagai kemewahan, dan memeriksakan diri berarti harus siap mengeluarkan banyak uang. Padahal mereka sudah dibantu oleh pemerintah lewat program BPJS. Meski biaya sebenarnya bisa ditekan dengan adanya program ini, ketakutan akan biaya mahal masih saja menjadi alasan utama mereka untuk menunda pengobatan dengan alasan "Bagaimana kalau penyakit Bapak/bu tidak ditanggung BPJS". Mereka lebih memilih menahan rasa sakit daripada datang ke rumah sakit. Penundaan ini justru sering kali mengakibatkan kondisi mereka semakin memburuk. Yang awalnya hanya sakit ringan, perlahan bisa berkembang menjadi penyakit serius yang butuh perawatan lebih intensif. Di saat itulah biaya pengobatan yang harus dikeluarkan justru semakin besar. Inilah yang menjadi kekhawatiran terbesar kita karena kita tahu bahwa penyakit serius yang tak tertangani dengan baik tidak hanya mempengaruhi fisik mereka, tapi juga emosi dan mental mereka, dan pada akhirnya, juga akan berpengaruh pada kondisi finansial keluarga.
2. Ketakutan akan Hasil Pemeriksaan
Tidak sedikit orang tua yang takut akan hasil pemeriksaan kesehatan. Mereka sering kali khawatir bahwa jika diperiksa, akan ditemukan penyakit yang serius, dan merka akan "overthinking" setelah mengetahui sedang mengalami penyakit serius. Pola pikir ini memang bisa dimaklumi, karena sering kali mereka merasa lebih baik tidak tahu daripada menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan. Mereka takut kehilangan "zona nyaman" di mana mereka bisa berpikir bahwa dirinya sehat-sehat saja, meski sebenarnya tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda sebaliknya.
Sayangnya, ketakutan ini justru menjadi jebakan tersendiri. Dengan menghindari pemeriksaan, mereka mengabaikan kesempatan untuk mencegah atau mengatasi penyakit lebih awal. Sebagai contoh, banyak penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit jantung yang bisa dikontrol jika didiagnosis sejak dini. Namun karena ketakutan, mereka malah memilih mengabaikan gejalanya dan baru datang ke rumah sakit saat kondisinya sudah parah. Di titik ini, penyesalan memang selalu datang terlambat.
3. Tidak Ingin Merepotkan Anak
Alasan yang satu ini mungkin yang paling menyentuh hati. Banyak orang tua yang menolak berobat karena tidak ingin menjadi beban bagi anak-anaknya. Mereka merasa bahwa mereka sudah cukup merepotkan kita saat ini dengan biaya hidup, dan kini saatnya mereka "tidak menyusahkan'" kita lagi. Pemikiran ini mungkin baik, tapi juga salah kaprah. Mereka tidak menyadari bahwa sikap seperti ini justru lebih membebani pikiran dan hati kita.
Sebagai anak, kita tentu ingin melakukan yang terbaik untuk mereka. Kita ingin memastikan bahwa mereka sehat, bahagia, dan bisa menikmati hidup dengan nyaman di usia senja. Namun keengganan mereka untuk berobat justru sering kali membuat kita khawatir. Kita terus memikirkan bagaimana kondisi mereka sebenarnya, apakah ada penyakit yang tidak terdiagnosis?, dan apakah mereka benar-benar baik-baik saja?
Bagaimana Sebaiknya Kita Bersikap?
Sebagai anak, mungkin sudah saatnya kita berpikir lebih bijak dalam menghadapi mereka. Dibandingkan menekan mereka untuk langsung berobat, mungkin kita bisa mulai dengan pendekatan yang lebih halus, lebih penuh pemahaman. Mungkin dengan mengajak mereka untuk sekadar memeriksakan diri, tanpa memberi kesan bahwa ini adalah hal besar yang perlu mereka khawatirkan.
Kita juga bisa mengedukasi mereka tentang pentingnya kesehatan dan bahwa pemeriksaan rutin adalah bentuk pencegahan, bukan ancaman. Kadang-kadang, mendengarkan mereka bercerita tentang kekhawatiran dan ketakutan mereka juga bisa menjadi solusi. Dengan menjadi pendengar yang baik, kita bisa lebih memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan dan menemukan cara untuk membantu mereka melepaskan ketakutan itu. Kalau pendekatan langsung sulit, mungkin dengan cara berbicara langsung dengan dokter untuk membantu menjelaskan dampak dan bahayanya jika terus menunda. Terkadang, kata-kata dari pihak ketiga lebih efektif daripada dorongan dari anak.
Mudah-mudahan, generasi orang tua kita mau memahami bahwa kesehatan itu bukan hanya tentang mereka. Ini adalah kepentingan bersama. Kita sebagai anak tidak pernah menganggap berobat itu merepotkan. Sebaliknya, itulah bentuk cinta yang ingin kita berikan, melihat mereka tetap sehat, hidup nyaman, tanpa dihantui sakit yang berlarut-larut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H