Mohon tunggu...
Febriola Dwi Safira
Febriola Dwi Safira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Generasi Muda di Era Digital : Menavigasi Tantangan Menyeimbangkan Karir dan Kesehatan Mental

8 Januari 2025   21:52 Diperbarui: 8 Januari 2025   21:49 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di era digital yang serba cepat ini, generasi muda menghadapi berbagai tantangan baru dalam menyeimbangkan karier dan kesehatan mental mereka. Teknologi yang terus berkembang memberikan kemudahan akses informasi dan peluang karier, namun juga menciptakan tekanan yang berat, baik dalam hal pekerjaan maupun kesehatan mental. Artikel ini akan membahas tantangan unik yang dihadapi oleh generasi muda dalam mencapai keseimbangan tersebut dan mengapa hal ini menjadi isu yang semakin penting di era digital saat ini.

Yang Pertama, tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan keterbatasan waktu. Salah satu tantangan utama yang dihadapi generasi muda dalam menyeimbangkan karier dan kesehatan mental adalah tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi. Era digital telah menciptakan peluang bagi banyak orang untuk bekerja lebih cepat dan lebih efisien, namun dengan meningkatnya peluang juga datang peningkatan ekspektasi. Banyak perusahaan yang menuntut karyawan untuk selalu terhubung dan siap bekerja 24/7, memanfaatkan kemajuan teknologi seperti email, pesan instan, dan aplikasi kolaborasi. Hal ini sering menyebabkan perasaan kewalahan dan stres, karena batas antara waktu kerja dan waktu pribadi menjadi kabur.

Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa pekerjaan yang tidak terstruktur dengan jelas dan tuntutan untuk selalu terhubung dapat meningkatkan tingkat stres pada individu muda (American Psychological Association, 2020). Ketegangan ini bisa berdampak pada kesehatan mental mereka, mengarah pada kelelahan, kecemasan, dan bahkan depresi.

Kedua, tekanan sosial dan media sosial. Media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan generasi muda saat ini. Meskipun dapat menjadi sarana untuk berkomunikasi dan membangun karier, media sosial juga membawa dampak negatif bagi kesehatan mental. Banyak generasi muda merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, baik itu dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi mereka. Standar kecantikan, kesuksesan karier, dan kehidupan sosial yang ditampilkan di media sosial sering kali tidak realistis dan dapat menyebabkan perasaan kecemasan serta rendah diri.

Penelitian yang diterbitkan di Journal of Social and Clinical Psychology mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan kecemasan dan depresi pada individu muda, karena mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang ditampilkan oleh orang lain (Fardouly, Diedrichs, Vartanian, & Halliwell, 2015). Keterbatasan waktu dan energi yang dihabiskan untuk merespons tuntutan sosial media juga menambah beban mental mereka.

Ketiga, kekhawatiran tentang masa depan karier. Generasi muda di era digital juga sering merasa cemas tentang masa depan karier mereka. Ketidakpastian ekonomi, perubahan dalam dunia kerja yang cepat, dan munculnya pekerjaan baru yang belum teruji, seperti pekerjaan di industri teknologi dan start-up, menciptakan ketidakstabilan yang menambah beban mental. Selain itu, fenomena "burnout" yang semakin banyak ditemui di kalangan pekerja muda juga menjadi masalah yang signifikan.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan oleh World Health Organization (WHO), burnout adalah kondisi yang umum terjadi pada pekerja muda, yang disebabkan oleh tekanan pekerjaan yang tinggi dan tidak ada dukungan yang memadai dalam pengelolaan stres (World Health Organization, 2019). Kekhawatiran ini sering kali diperburuk oleh standar karier yang tidak realistis yang dibangun oleh media sosial dan platform daring lainnya.

Keempat, kurangnya keterampilan dalam mengelola stress. Salah satu tantangan besar bagi generasi muda dalam menyeimbangkan karier dan kesehatan mental adalah kurangnya keterampilan dalam mengelola stres. Meskipun teknologi menyediakan berbagai aplikasi untuk kesehatan mental, banyak individu muda yang belum sepenuhnya memahami cara untuk mengelola stres secara efektif. Ketergantungan pada teknologi, seperti aplikasi pesan instan atau media sosial, juga dapat memperburuk perasaan tertekan dan kewalahan.

Penelitian yang dilakukan oleh American Psychiatric Association menunjukkan bahwa generasi muda sering merasa kesulitan dalam mengidentifikasi dan mengelola stres, yang menyebabkan peningkatan masalah kesehatan mental (American Psychiatric Association, 2021). Ketidakmampuan untuk menghadapi stres dengan cara yang sehat dapat mempengaruhi keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Kelima, kehidupan digital yang tidak terputus. Era digital membawa kenyamanan, tetapi juga meningkatkan ketergantungan pada perangkat teknologi. Dengan meningkatnya kerja jarak jauh dan fleksibilitas waktu yang diberikan oleh banyak perusahaan, kehidupan digital yang tidak terputus membuat banyak orang merasa harus selalu aktif, baik secara profesional maupun sosial. Fenomena ini menambah tekanan bagi generasi muda yang merasa sulit untuk "melepaskan diri" dari pekerjaan mereka, yang pada akhirnya dapat merusak kesehatan mental.

Keenam, peran teknologi dalam meningkatkan Kesehatan mental. Meskipun teknologi sering kali menjadi sumber tekanan, teknologi juga dapat memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan mental. Aplikasi kesehatan mental, seperti Headspace dan Calm, menyediakan teknik relaksasi dan meditasi yang dapat membantu individu mengurangi stres. Selain itu, beberapa perusahaan kini mulai memperhatikan kesejahteraan karyawan mereka dengan menyediakan akses ke layanan konseling dan dukungan kesehatan mental berbasis teknologi.

Menyeimbangkan karier dan kesehatan mental di era digital bukanlah tugas yang mudah bagi generasi muda. Tantangan seperti tekanan pekerjaan, media sosial, kecemasan karier, dan ketidakmampuan dalam mengelola stres dapat menambah beban mental yang mereka rasakan. Namun, dengan pendekatan yang tepat dan dukungan dari perusahaan serta penggunaan teknologi secara bijak, keseimbangan tersebut bisa tercapai. Upaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan memberikan sumber daya yang memadai akan sangat membantu generasi muda dalam mencapai keseimbangan yang lebih sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun