"Ciee, Fara lagi jatuh cinta..."
Fara malah menepis tanganku dengan keras. Tentu saja aku terkesiap. Namun tetap kusuguhkan senyum termanis untuk sahabat tersayangku ini.
"Pergi!" sentak Fara kepadaku.
"Faraa, jangan marah lagi dong. Aku udah tahu kok kamu suka sama Kak Reza. Aku nggak akan deketin dia lagi. Janji...."
Fara menatapku benci. "Kamu tau kan, tong kosong kalau dipukul bunyinya nyaring? Sama aja kayak ucapan kamu yang omong kosong, Nan!"
"Fara---"
Namun satu tamparan sukses mendarat di pipiku. Ini bertepatan dengan pertama kalinya aku ditampar oleh sahabatku. Rasanya nikmat.Â
"Aku udah terlanjur benci sama kamu, Nanda! Kamu tahu, semenjak kamu jelek-jelekin aku di rooftop, Kak Reza jadi sering datang dan ceramahin aku yang enggak-enggak. Dasar tukang ngadu!"
Wajahku memerah menahan kesal. "Aku nggak pernah jelek-jelekin kamu, Fara... Justru sebaliknya. Kamu yang jelek-jelekin aku, kamu nyakitin aku, kamu tampar aku, aku diam?"
"Diam tapi menusuk dari belakang, iya?!" tanya Fara dengan tersenyum menantang. "Teman-teman! Nanda ini nggak berakhlak tau. Ngakunya sih sahabat, tapi lebih memihak ke orang lain yang notabenenya adalah teman baru dan 'ketua OSIS lagi'."
Sontak seisi kelas menyorakiku. Fara telah menjadikanku bahan bully-an. Aku langsung menariknya menuju belakang sekolah. Tidak enak juga bertengkar dilihat sana-sini. Bisa-bisa mereka akan mengecapku dan Fara sebagai 'troublemaker'.