Dalam ilmu psikologi, saat manusia dihadapkan pada suatu stressor/masalah, maka manusia akan melakukan coping strategy. Coping strategy ini bertujuan bukan hanya untuk menghilangkan stressor/masalah yang sedang dihadapinya, namun juga menghilangkan emosi dan perasaan negatif akibat adanya stressor/masalah tersebut. Coping strategy yang efektif dan menghasilkan dampak fungsional yang positif adalah coping strategy yang perlu dilakukan.Â
Dalam coping strategy ini, terletak salah satu aspek psikologis yang dimiliki oleh manusia, dimana satu individu dengan individu yang lain memiliki level yang berbeda-beda, yang akan sangat berpengaruh terhadap pemikiran dan perilaku yang adaptif dari adanya situasi yang penuh stressor/masalah tersebut, yaitu resiliensi (ketahanan mental).
Resiliensi menurut Connor & Davidson (2003) adalah kemampuan individu dalam menangani stres atau tekanan, serta dalam mengatasi kecemasan dan depresi.Â
Sementara itu, definisi yang dikemukakan oleh VandenBos (2015) di APA Dictionary of Psychology (dalam Wulan, 2020), resiliensi adalah sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang, terutama melalui mental, emosional, dan perilaku yang fleksibel, baik penyesuaian yang berupa eksternal dan internal.Â
Jika dibuat kesimpulan, maka resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi dengan dirinya sendiri dan dengan dunia luar, yang berupa pemikiran, emosional, dan perilaku yang fleksibel, dalam rangka menangani stressor atau kondisi yang tidak menyenangkan, serta mengatasi kecemasan dan depresi.
Saat adanya pandemi covid-19 ini, sangat jelas bahwa kita perlu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang semuanya serba berbeda dengan dahulu saat belum ada pandemi.Â
Jika kita dahulu bekerja di kantor, maka saat pandemi ini diharuskan untuk bekerja di rumah agar tidak tertular dari teman sekantor. Jika kita saat dahulu tidak perlu membatasi diri saat berinteraksi dengan orang lain, maka setelah adanya pandemi covid ini kita diharuskan untuk menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain. Selain itu pula, saat dahulu kita pergi keluar rumah tidak perlu memakai dan membawa barang-barang khusus, sedangkan saat sekarang jika berada di luar rumah kita harus memakai masker dan membawa hand sanitizer.Â
Jika melihat lebih berat lagi stressor/masalahnya, maka saat dahulu sebelum pandemi semua orang yang kita sayangi masih hidup, sedangkan setelah pandemi ini ada teman, tetangga, saudara, atau bahkan anggota keluarga inti yang sudah meninggal dunia.Â
Kondisi yang serba berbeda dan tidak menyenangkan inilah yang membuat kita perlu memiliki resiliensi yang tinggi agar bisa menyesuaikan diri dan dapat melalui kondisi ini dengan lebih baik.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa setiap orang memiliki tingkat resiliensi yang berbeda-beda. Hal ini berarti tiap orang memiliki kemampuan adaptif terhadap kondisi yang tidak menyenangkan yang berbeda-beda. Singkat kata, ada individu yang lebih adaptif, dan ada pula yang tidak lebih adaptif.Â
Jika kita ingin lebih adaptif dalam menghadapi kondisi yang tidak mengenakkan, atau arti kata lain yaitu ingin memiliki resiliensi yang lebih tinggi, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.