Mengapa demikian? Mari kita berangkat dari poin (7). Dalam Pasal 56 di Undang-undang yang sama seperti sebelumnya, dijelaskan bahwa perjanjian kerja ada yang dibuat untuk waktu tertentu (PKWT) atau untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).
PKWT didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu. Maksudnya, jenis pekerjaan yang didasarkan dari jenis perjanjian kerja ini hanya bersifat sementara, musiman, atau sekali selesai.
Meskipun dapat diperpanjang atau diperbaharui, PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
Apabila jenis pekerjaan yang dilamarkan bersifat tetap, maka perjanjian kerja yang harus dilakukan adalah PKWTT, bukan PKWT.Â
Sebab, dalam PKWTT, tidak ada batasan waktu bagi para pekerja/buruh, bahkan hingga usia pensiun atau meninggal dunia.
Walaupun peraturan ini sudah jelas-jelas tertulis dalam perundang-undangan, ternyata masih ada perusahaan yang berusaha mengakalinya. Misalnya memberikan para calon pekerja/buruh yang berjenis pekerjaan tetap (poin 3) dengan PKWT.
Hal ini tentu sangat berisiko bagi keberlangsungan status kerja pekerja/buruh tetap ke depannya. Alih-alih mendapatkan PKWTT dengan jaminan bekerja yang bersifat permanen, mereka justru dikontrak dalam jangka waktu tertentu.
Selain yang sudah disebutkan di atas, ternyata masih ada lagi red flag lainnya di perjanjian kerja. Mau tahu lebih lanjut? Dengarkan siniar OBSESIFÂ episode "Red Flag dalam Kontrak Kerja".
Tak hanya soal red flag di tempat kerja, siniar ini juga membahas tips-tips seputar soft skill esensial, career preparation, atau isu sosial lainnya. Dengarkan OBSESIFÂ di Spotify atau akses melalui tautan berikut dik.si/obsesifS5E12.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H