Mohon tunggu...
Medio Podcast Network
Medio Podcast Network Mohon Tunggu... Lainnya - Medio by KG Media

Medio, sebagai bagian dari KG Radio Network yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut. Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Itu Tren Work From Anywhere?

8 September 2022   08:30 Diperbarui: 30 September 2022   13:00 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Brigitta Valencia Bollon

SITUASI pandemi yang kian membaik, membuat beberapa kantor mengharuskan karyawannya untuk kembali bekerja dari kantor. 

Meskipun begitu, ada pula beberapa perusahaan yang mengizinkan karyawannya Work From Anywhere (WFA). Artinya, para karyawan bisa bekerja sembari bepergian ke luar kota. 

Disebutkan pula dalam artikel Harvard Business Review kalau milenial sudah sangat tertarik dengan model kerja ini. Bahkan, studi yang dipublikasikan pada 2015 oleh Bloom dkk. menemukan bahwa ketika para karyawan bisa memilih untuk bekerja di kantor atau di luar, tingkat produktivitas pun meningkat sebesar 22 persen. 

Mincot, admin HRD Bacot, melalui siniar Obsesif bertajuk “Maksimalkan Work Form Anywhere” juga menambahkan kalau tren kerja ini sebenarnya sudah lama dilakukan. Akan tetapi, pada saat itu, belum ada istilah yang tepat.

Dulu, tren ini hanya dilakukan oleh pekerja lepas (freelancer) dan pembuat konten (content creator). “Dan, istilahnya belum dipakai secara menyeluruh untuk pekerjaan yang sifatnya formal,” tambah Mincot. 

Pada Awalnya, Diperlukan Adaptasi 

Sebelum bisa fleksibel ketika melakukan WFA, kita pasti memerlukan adaptasi agar mampu mencapai titik nyaman. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, kita harus pergi ke kantor. Hal ini pun berubah ketika WFA, kita tak perlu menyiapkan diri untuk berangkat ke kantor. Selain itu, kita juga bisa melakukan aktivitas lainnya sembari bekerja. Alhasil, semuanya jadi lebih fleksibel.

“Menurut Mincot, produktif (dalam WFA itu) kita bisa ngelakuin hal lain dan menghemat tenaga untuk berangkat dan pulang kantor.” 

Tak hanya itu, situasi di luar kantor pun cenderung nonformal sehingga terkadang sulit bagi kita berkonsentrasi. Ada banyak distraksi yang dirasakan oleh kita. Misalnya, sulit membagi pikiran antara liburan dan bekerja. 

Kriteria Perusahaan yang Ideal untuk WFA 

Sayangnya, tak semua industri bisa menerapkan model kerja ini. Biasanya, perusahaan di bidang teknologi, seperti startup yang lebih banyak memperbolehkan karyawannya untuk WFA. 

Untuk posisi, biasanya WFA bisa diterapkan pada karyawan yang mayoritas melakukan pekerjaannya di back office. Artinya, mereka yang tak perlu banyak berinteraksi dengan pihak eksternal. Misalnya, engineer, HR, atau trainer

Selain itu, diperlukan juga kepercayaan dan kefleksibelan dari pihak manajemen. Menurut Mincot, terkadang masih ada manajemen yang curiga kalau karyawannya tak bekerja dengan maksimal saat menerapkan model kerja ini. 

Alhasil, mau tak mau, mereka pun mewajibkan karyawannya untuk WFO. 

Memaksimalkan Fungsi Leader 

Bagi perusahaan yang sudah menerapkan WFA, manajemen biasanya mengedepankan kontrol berkala melalui para pemimpin tim (leader). Maka dari itu, kita pasti merasa kalau WFA itu banyak sekali pertemuan daringnya. 

Hal ini dilakukan bukan tanpa sebab, melainkan untuk mengontrol progres pekerjaan agar tetap terarah. Maka dari itu, diperlukan komunikasi antaranggota untuk melakukan penjadwalan secara rutin terkait pertemuan, baik daring atau pun luring. 

Selain itu, kita juga perlu melaporkan setiap kendala pekerjaan kepada pemimpin tim. Jangan lupa juga untuk izin jika kita ingin melakukan WFA. Ini dilakukan karena bisa saja tiba-tiba ada panggilan mendadak untuk ke kantor. 

Kelebihan dan Kekurangan 

Menurut Mincot, WFA pun juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertama, pekerjaan menjadi lebih fleksibel. Kita bahkan bisa bekerja sembari melihat pemandangan alam. Jadi, tren kerja ini cukup mempromosikan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan bekerja. 

Bahkan, hasil pekerjaan pun bisa jadi lebih maksimal karena kita menyelesaikannya dengan tenang. Namun, ada beberapa orang yang justru terlena dengan tren WFA.

Dengan segala kemudahannya, WFA justru mendorong dan menuntut kita untuk lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Jangan sampai WFA membuat kita abai terhadap tugas-tugas yang diberikan karena keasyikan melihat pemandangan alam. 

Tak hanya itu, kekurangan lainnya dari model kerja ini adalah minimnya interaksi antaranggota tim. Hal ini tentu menyulitkan bagi para pendatang baru. 

Selain itu, mereka juga jadi sulit untuk mendapatkan pengajaran secara langsung. Biasanya, saat bekerja dari kantor, mereka akan lebih mudah saat meminta saran dan masukan terkait pekerjaan. 

Meskipun sedang berada jauh dari kantor, jangan sampai lupa bahwa kita masih bekerja. Jadi, pastikan wilayah atau tempat yang digunakan untuk WFA memiliki sinyal mumpuni agar koordinasi tetap berjalan dengan baik. 

Dengarkan informasi menarik lainnya seputar dunia kerja bersama HRD Bacot hanya melalui siniar Obsesif di Spotify. Siniar ini sangat pas untuk para lulusan baru yang belum paham soal seluk-beluk dunia pekerjaan. 

Tunggu apalagi? Yuk, ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode baru yang tayang tiap Kamis dan Minggu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun