Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa masyarakat Indonesia merupakan pengguna aktif internet dan media sosial.Â
Angka yang terbilang fantastis ini ironisnya juga ekuivalen dengan angka berita palsu yang tersebar di Indonesia, seperti yang diinformasikan oleh Kompas.com bahwa dalam tiga tahun terakhir, jumlah hoaks yang tersebar di berbagai platform di Indonesia cenderung meningkat.Â
Hal ini lantas dikonfirmasi oleh siaran pers Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia. Dedy Permadi, selaku juru bicara Kominfo, menyebutkan sepanjang tahun 2021, Kominfo telah melakukan hoax debunking sebanyak 1.773 disinformasi/isu hoaks, tak terkecuali isu hoaks terkait Covid-19 sebanyak 723 kasus.Â
Sementara dalam tiga tahun terakhir sebelumnya, yaitu 2018 hingga 2020, data detail statistik Kominfo menyebutkan jumlah hoaks yang tersebar di Indonesia telah terakumulasi sebesat 5.156 kasus.Â
Jurnalis melawan berita palsuÂ
Kerja-kerja jurnalistik yang ketat mengharuskan para jurnalis untuk terus melakukan verifikasi data dan informasi. Hal ini dilakukan demi mencegah masuknya data palsu ke dalam karya jurnalistik yang disusun.Â
Keharusan melakukan verifikasi ini lantas diperkuat oleh Nezar Patria, anggota Dewan Pers Indonesia, dalam artikel situs lembaga independen tersebut. Dalam artikel tersebut, Nezar Patria mengatakan bahwa suka tak suka, jurnalisme harus disiplin verifikasi.Â
Verifikasi merupakan esensi dan elemen dalam jurnalisme, seperti yang dikatakan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya yang berjudul The Elements of Journalism. Secara praktis, verifikasi merupakan upaya pemeriksaan kebenaran laporan ke pihak terkait.Â
Kebenaran dari suatu peristiwa sangat bergantung dari elemen verifikasi ini.Â
Apalagi, dalam era media sosial ini, jurnalis dihadapkan oleh banyaknya berita palsu yang berseliweran. Bahkan, bukan hanya teks, berita palsu kini sudah memiliki wajah yang beragam, misalnya dalam bentuk audio visual.Â
Masih dalam sumber yang sama, berita palsu tersebut lantas dikemas dengan menampilkan "kebenaran" yang mengecoh persepsi, menipu indera, dan juga memelintir logika.Â