Akan tetapi, penyelewengan kekuasaan, tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme masih menjadi suatu parasit yang hinggap di era reformasi ini.Â
Bahkan, menurut survei yang diadakan SMRC pada September 2021, masyarakat yang menilai kondisi perpolitikan nasional semakin buruk bertambah 9,9 persen menjadi 24,4 persen dalam dua tahun.Â
Untuk mengatasinya, kritik-kritik sosial dan politik harus tetap disuarakan sehingga demokrasi tetap terawat dengan baik.Â
Tak harus turun ke jalan, kini setiap orang dapat melakukannya lewat karya-karya kreatif, seperti tulisan dan sastra.Â
Lantas, bagaimana cara kita untuk menuangkan aspirasi, keresahan, dan kritik sosial yang baik dan kreatif? Simak penjelasan berikut.
Membaca buku sebagai modal kritik sosialÂ
Sebelum menulis, alangkah baiknya kita memahami substansi penulisan dengan cara membaca.Â
Dengan begitu, kita sekaligus membuka cakrawala pengetahuan agar bisa menjadi paradigma berpikir baru sehingga tidak berada dalam pemikiran yang sempit.Â
Membaca bisa dimulai dari buku-buku sastra, sejarah, atau politik.Â
Menurut Agnes Setyowati, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Pakuan, yang dikutip dalam artikel Kompas.com "Sastra: Antara Hiburan, Kritik, dan Perubahan", dengan membaca sastra, kita diajak untuk peka terhadap kemanusiaan.Â
Dengan demikian, kepekaan tersebut membawa kita menjadi semakin bijaksana.Â