Oleh: Intania Ayumirza Farrahani
Pernahkah kamu merasa begitu cemas dan takut ketika menghadapi suatu kondisi yang berada di luar kendalimu?
Terutama di masa-masa seperti ini, ketika segala hal terasa tidak pasti, mulai dari kesehatan, keselamatan orang-orang di sekitarmu, kondisi ekonomi, keberlangsungan pekerjaan, atau masa depanmu.
Sejatinya, setiap orang memiliki cakupan tersendiri atas hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.
Dalam buku klasik berjudul The Seven Habits of Highly Effective People, Stephen Covey menerangkan tentang konsep lingkaran kehidupan.
Lingkaran yang pertama adalah Circle of Control atau lingkaran kontrol. Lingkaran ini mencakup hal-hal yang berada di bawah kendalimu, seperti pola pikir, tindakan, cara berinteraksi, serta hal-hal lain yang dapat dikontrol secara langsung oleh diri kita.
Di samping itu, terdapat Circle of Concern atau lingkaran perhatian, yang meliputi hal-hal yang berdampak pada kehidupanmu namun tidak dapat kamu kendalikan.
Bentuk nyatanya yakni seperti pandangan orang lain, penolakan dari sekitar, budaya yang telah mengakar, kebijakan pemerintah, dinamika politik, ataupun yang seperti saat ini sedang berlangsung yakni pandemi.
Apa yang terjadi apabila kamu merasa bahwa hal-hal yang di luar kendalimu jauh lebih besar dibanding hal-hal yang dapat kamu kendalikan?
Kamu akan merasa tidak berdaya (victimized). Apalagi ketika hal tersebut dianggap sebagai masalah, maka kamu mungkin merasa berada pada jalan yang buntu.
Kontras dengan perasaan tersebut, ketika menghadapi hal-hal yang berada dalam lingkaran kontrolmu, kamu akan merasa sebagai orang yang berdaya (empowered).
Hal ini terjadi karena kamu merasa dapat membuat keputusan dan mengambil sikap atas kemauanmu tanpa membutuhkan permisi dari orang lain.
Caramu dalam memandang komponen di dalam lingkaran-lingkaran kehidupan ini akan membantumu dalam menyikapi setiap persoalan di kehidupan.
Dimulai dari bagaimana kamu membahasai atau menarasikan sebuah tindakan. Kita terbiasa melabeli sesuatu yang di luar kendali kita dengan kata "harus".
Seperti, "saya harus melakukan ini". Coba ubahlah pernyataan tersebut menjadi "saya memilih untuk melakukan ini", karena dengan begitu kamu akan merasa bahwa memiliki kontrol atas kehidupanmu.
Selain itu, ada langkah yang dapat kamu tempuh untuk mengubah kapasitas dari lingkaran kontrolmu. Hal ini dengan menilai situasimu: apakah situasi tersebut dapat diubah atau tidak?
Jika bisa, maka kumpulkanlah keberanianmu. Seperti misalnya, dalam suatu waktu mungkin ada set pekerjaan yang hadir dalam waktu yang bersamaan hingga kamu merasa kewalahan.
Alih-alih menerimanya, kamu dapat mengambil langkah dengan memberanikan diri menolak pekerjaan tersebut, mendelegasikannya kepada orang lain, dan opsi lainnya.
Tindakanmu ini dapat membuat lingkaran kontrolmu menjadi lebih luas sehingga besaran lingkaran perhatianmu akan berkurang.
Pada intinya, caramu bersikap adalah kunci dari seberapa besar lingkaran kontrol maupun lingkaran perhatianmu.
Apabila kamu ingin mendengarkan bincang-bincang seputar bahasan ini secara lebih lengkap, kamu dapat mendengarkan siniar OBSESIF S3 Episode "Irma Erinda: Enlarge Your Circle of Control".
Irma Erinda, seorang Purpose Coach yang juga merupakan founder Purpose Finder akan membahas bagaimana cara untuk bangkit dari kegagalan lampau serta kaitannya dengan Circle of Control dalam diri agar tidak tergoyahkan oleh kegagalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H