Voice of Baceprot (VoB) merupakan sebuah grup musik metal yang digawangi tiga orang hijabers, yaitu Firdda Kurnia sebagai gitaris dan vokalis, Widi Rahmawati sebagai pemain bass, serta Euis Siti Aisyah sebagai penggebuk drum.Â
Kata baceprot dalam bahasa Sunda memiliki arti banyak bicara, bawel, atau berisik. Nama tersebut disematkan pada trio metal ini karena lagu-lagunya yang dikenal "berisik". Selain itu, nama itu diberikan karena mereka sering melakukan protes.Â
"Kalau ada hal yang enggak benar di sekolah, pasti kami protes. Kami juga sering bikin tulisan di mading (majalah dinding). Kami disebut anak-anak berisik, makanya dinamakan Voice of Baceprot," ujar Firdda dalam salah satu siniar Beginu.Â
Karena itu, VoB menjadi salah satu grup musik metal Tanah Air yang lantang menyuarakan isu sosial. Beberapa lagu kritik sosial itu antara lain "School of Revolution", "Kentut RUUP", hingga "Perempuan yang Merdeka Seutuhnya".Â
Kritik yang digambarkan melalui muralÂ
Meila Riskia Fitri dalam penelitiannya berjudul "Mural sebagai Medium Kritik Sosial Seniman (Studi Kasus "Jogja Asat")" menerangan bahwa mural adalah lukisan dinding di ruang publik, terutama yang menghadap atau bisa dilihat dari jalan.Â
Mural menjadi salah satu medium penyampai aspirasi kritik sosial. Beragam perasaan gelisah, kecewa, dan amarah dituangkan oleh seniman melalui karya seni jalanan ini.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mural digunakan sebagai medium kritik sosial pada tahun 70-an yang pada masa itu gerakan seni rupa baru muncul. Pada masa Orde Baru, kelompok seniman muda berhasil melawan dominasi dan hegemoni kelompok seniman tua.Â
Kedekatan antara mural dan publik dimanfaatkan sebagai medium kritik dengan harapan pesan terhadap isu yang diangkat dapat sampai kepada masyarakat. Selain itu, praktik menghuni ruang yang dilakukan para seniman dengan medium mural dapat dilihat sebagai upaya perebutan kuasa simbolik karena menyempitnya ruang berekspresi bagi masyarakat.Â
Kritik melalui novelÂ
Saini KM dalam bukunya berjudul Protes Sosial dalam Sastra menerangkan bahwa tindakan protes merupakan salah satu bagian dari keterarahan kesadaran manusia terhadap realitas yang ada. Tindakan protes sosial tersebut dapat memunculkan kreativitas, salah satunya dalam bidang sastra.Â