Setelah berhasil mengubah pola pikir, kita dapat melakukan advokasi diri (self-advocacy) untuk mempertahankan pendapat kita.Â
Saat mendapat perlakuan body shaming, cobalah untuk membela diri secara asertif terhadap anggota keluarga yang mengutarakan komentar negatif.Â
Bisa jadi mereka terus melontarkan hal demikian karena belum teredukasi.Â
Body positivity dapat membuat kita lebih mindful dalam melakukan sesuatu. Hal itu karena secara emosi, kita sudah lebih berkembang karena melihat tubuh sebagai entitas yang positif sehingga komunikasi dapat dilakukan dengan baik.Â
Jadi, jangan takut untuk mengutarakan keresahan terhadap komentar negatif.Â
Standar kecantikan di masyarakat terus-menerus ada karena kurangnya pemahaman.Â
Seperti ungkapan Poojah dalam StyleCaster bahwa sebenarnya tak ada standar yang mencakup seluruh perempuan di dunia karena setiap orang memiliki standar kecantikannya masing-masing.Â
Oleh karena itu, percaya diri adalah kunci agar kita bisa menetapkan standar untuk diri sendiri.Â
Di dalam siniar Semua Bisa Cantik bertajuk "Body Shaming dari Keluarga: Perbedaan Antargenerasi", Psikolog Anak dan Remaja, Ayoe Sutomo, M.Psi. memberikan pandangannya terkait masalah body shaming dalam keluarga karena perbedaan generasi yang kerap dialami oleh Gen Z.Â
Kalian dapat mendengarkan siniarnya melalui Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3DTZSc8
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI