Penelitian pada tahun 2020 menemukan bahwa dari 29 studi kekerasan dalam rumah tangga bias positif dapat menyebabkan orang yang mengalami pelecehan, meremehkan tingkat keparahannya dan tetap mempertahankan hubungan yang tidak sehat. Optimisme, harapan, dan pengampunan yang diberikan, meningkatkan risiko korban tetap bertahan bersama pelaku kekerasan.
Merendahkan Arti KehilanganÂ
Duka dan kesedihan merupakan hal yang normal dalam menghadapi kehilangan. Seseorang yang berulang kali mendengar pesan untuk move on atau bahagia mungkin merasa seolah-olah orang lain tidak peduli dengan kehilangannya.
Orang tua yang kehilangan seorang anak, misalnya, mungkin akan merasa bahwa anak mereka tidak penting bagi orang lain, sehingga hanya akan menambah kesedihan mereka.Â
Merasa Terasingkan dan Mendapat Stigma NegatifÂ
Orang yang merasa tertekan untuk tersenyum dalam menghadapi kesulitan, mungkin cenderung tidak mencari dukungan. Mereka mungkin merasa terasingkan atau malu dengan perasaan mereka, sehingga enggan mencari bantuan.Â
Menurut American Psychiatric Association, stigma dapat menghalangi seseorang untuk mencari perawatan kesehatan mental.Â
Masalah dalam KomunikasiÂ
Setiap hubungan memiliki tantangan. Toxic positivity mendorong orang untuk terus berpikir dan fokus pada hal positif, namun mengabaikan tantangan yang ada. Permasalahan ini dapat menghancurkan komunikasi dan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam hubungan.Â
Merendahkan Harga DiriÂ
Setiap orang terkadang mengalami fase negatif dari adanya emosi. Toxic positivity mendorong orang untuk mengabaikan emosi negatif. Ketika seseorang tidak dapat merasa positif, mereka mungkin merasa seolah-olah sudah gagal.Â