Oleh: Fauzi Ramadhan & Ikko AnataÂ
DI LINGKUNGAN pertemanan, pasti kita memiliki teman yang gemar berswafoto hingga dilabeli sebagai orang narsis.Â
Biasanya, ia senang untuk mengekspresikan diri dan mengunggahnya di media sosial.Â
Akan tetapi, pelabelan tersebut tidak selamanya bukan hal yang tepat. Istilah narsis yang sebenarnya justru jauh lebih dalam daripada itu.Â
Merujuk artikel Psychology Today, istilah narsis berasal dari tokoh mitos Yunani, yaitu Narcissus. Narcissus merupakan pribadi yang sangat tampan.Â
Pada suatu hari, ia berjalan-jalan di hutan lalu menemukan sungai yang airnya tenang.Â
Kemudian, ia melihat refleksi wajah tampannya di permukaan sungai dan sangat mencintai apa yang ia lihat.Â
Ia tidak berhenti melihat refleksi ketampanannya. Meskipun kehausan, Narcissus tidak ingin merusak refleksinya sehingga berakhir mati kehausan di pinggir sungai.Â
Dari situ, istilah narsisme mulai dikenal sebagai tindak laku mencintai diri sendiri.Â
Di era modern, istilah narsis--yang kemudian secara teoritis disebut narsisme--adalah perasaan cinta kepada diri sendiri secara berlebihan.Â