Gandeng para diasporaÂ
Bupati kelahiran tahun 1980 ini menyadari bahwa pekerjaan rumah yang hendak diselesaikannya membutuhkan sokongan dari berbagai pihak.Â
Ia berencana menggandeng para diaspora--warga Blora yang merantau ke daerah lain--untuk turut berpartisipasi dalam rangka membangun kampung halaman mereka.Â
"Saya sudah kumpulkan dari berbagai segmen, elemen. Ternyata potensinya luar biasa. Jadi ada guru besar, profesor yang dari Blora itu hampir dua puluh lima orang, berbagai perguruan tinggi negeri. Ada yang dari keluarga polisi, Pak Kabareskrim, Pak Agus (Andrianto), Pak Wakabareskrim (Syahar Diantono), tuh asli dari sini. Terus kemudian dari beberapa BUMN, kementerian, dan sebagainya. Kita ingin ajak beliau-beliau yang sudah sukses di sana untuk mari kita bersama-sama membangun kampung halaman yang rakyatnya rindu perubahan tadi," tutur Arief.Â
Untuk merangkul para diaspora, Arief berupaya mengetuk hati mereka dengan memperlihatkan kondisi Blora saat ini. Melalui berbagai roadshow, ia turut mengajak deretan perguruan tinggi untuk bersama-sama membangun wilayah yang dikenal dengan julukan Kota Sate ini.Â
"Dengan hati mereka ini, ketika kita ceritain soal Blora yang begitu-begitu saja, ngono-ngono waelah, istilahnya. Ora berubah-berubah, ini mereka punya empati, punya istilahnya ketertarikan untuk ikut. Apa yang bisa disumbangsihkan untuk membangun Blora ini," ucap mantan Staf Khusus Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal ini.Â
Arief melihat bahwa Blora memiliki potensi yang begitu besar, tetapi konsep pengembangan serta pemanfaatannya belum matang. Menurut keterangannya, populasi ternak di Blora menduduki angka tertinggi di kawasan Jawa Tengah dengan jumlah hampir 260.000 ekor.Â
Dari sektor hayati, perkebunan jagung di daerah tersebut tercatat memiliki luas hampir 80.000 hektar, menjadikannya penghasil jagung terbesar di provinsi Jawa Tengah.Â
Bandara sebagai pembuka isolasi wilayahÂ
Tidak hanya potensi alam, Arief juga berharap sektor-sektor lain di Blora seperti wisata, kuliner, budaya, dan kesenian turut bangkit di kemudian hari. Ia sangat mensyukuri adanya pembangunan Bandara Ngloram.Â
Belajar dari seniornya di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang sempat menjabat sebagai Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Arief menaruh perhatian pada bagaimana akses transportasi dapat berdampak secara signifikan terhadap pembangunan wilayah.Â