Kematian Kristus di kayu salib membuka jalan dan hidup yang baru sehingga kita yang berdosa bisa datang kepada Bapa.
Jika Kristus tidak mati maka hubungan kita dengan Allah selamanya akan terputus dan kita pasti menerima hukuman yang kekal.
Alkitab di dalam Yesaya pasal 53 telah memberi tahu bagaimana kesengsaraan dan kematian Yesus ternyata sudah dinubuatkan di Perjanjian Lama, yaitu oleh Nabi Yesaya sendiri.
Bagaimana Yesus dinubuatkan akan mengalami penderitaan, dihina oleh orang banyak, seakan-akan Ia menanggung kesalahannya sendiri, padahal Ia tidak bersalah.
Yesaya telah menubuatkan hari kesengsaraan itu.
Kapan hal itu terjadi?
Hal itu terjadi dimulai ketika Yesus melakukan perjamuan malam dengan para murid-Nya.
Kemudian, Ia pergi ke Taman Getsemani dan di sanalah Ia ditangkap.
Kemudian dari Taman Getsemani, Ia dibawa untuk diadili dan akhirnya divonis hukuman mati.
Setelah divonis hukuman mati, Dia dibawa ke satu gudang untuk mengeluarkan suatu kayu yang berat. Kayu salib.
Seharian itu Ia tidak tidur, lapar, haus, disiksa, dicambuk, dipakukan di atas kayu salib.
Kemudian setelah disalibkan, Ia berkata "Sudah selesai."
Tirai bait suci pun terbelah dua.
Tirai bait suci ini memisahkan ruang Maha Kudus (tempat berdiamnya Allah) dan ruangan lainnya (tempat berdiamnya manusia).
Tetapi sekarang, tirai itu sudah terbelah dan menjadi simbol bahwa pemisah antara Allah dan manusia, yaitu dosa, telah dihancurkan.
Allah telah mengampuni segala dosa kita.
Sekarang kita bisa datang kepada-Nya karena Ia telah memisahkan sekat antara kita dan Diri-Nya, yaitu dosa.