Mohon tunggu...
Medika
Medika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Medical and Theology

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lain daripada yang Lain

27 Mei 2023   20:10 Diperbarui: 28 Mei 2023   22:35 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juan de Valdés Leal: Christ on the way to Calvary 

Kita semua adalah manusia yang berdosa.

Karena kita semua adalah manusia berdosa,
mungkinkah kita menerima hidup yang kekal?

Tidak mungkin.

Sebaliknya, kita semua justru harus menerima penghukuman yang kekal dari Allah.

Lah, bukankah Allah itu penuh kasih?

Allah itu memang penuh kasih, Allah itu memang merciful, tetapi kita juga perlu ingat bahwa Allah itu juga adalah Allah yang adil sehingga kita yang berdosa sudah seharusnya menerima hukuman Allah.

Bagaimana jika kita berjanji menjadi pribadi yang baik, apakah kita tetap menerima penghukuman dari Allah?

Coba pikirkan,
sekiranya ada seorang perampok yang divonis hukuman mati.
Kemudian, perampok ini berkata bahwa dia janji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Apakah perampok ini bebas dari hukuman mati?

Sang hakim pastinya tetap akan memvonis hukuman mati karena yang jadi problem adalah dia telah berbuat salah, yakni merampok.

Masalah sang perampok ingin berubah menjadi pribadi yang baik itu urusan lain.

Jadi, perbuatan baik tidak akan menyelamatkan kita dari hukuman Allah yang kekal.

Sekarang bagaimana caranya supaya kita tidak menerima penghukuman yang kekal itu?

Caranya, mau tidak mau, harus ada yang menggantikan kita dari penghukuman itu.

Dan yang menggantikan kita pun memiliki dua syarat yang harus dipenuhi.

Yang pertama, dia harus manusia.
Kenapa harus manusia?
Karena yang akan digantikan dari penghukuman itu adalah manusia.

Yang kedua, dia tidak boleh berdosa.
Kenapa tidak boleh berdosa?
Karena jikalau orang yang menggantikan kita itu berdosa maka dia mati untuk dosanya sendiri.

Bagaimana dia bisa menggantikan kita dari hukuman Allah, sedangkan dia sendiri masih berdosa?

Maka kesimpulannya adalah kita butuh seorang manusia plus manusia ini tidak boleh berdosa.

Pertanyaannya, manusia mana di dunia ini yang tidak berdosa?

Di Alkitab dikatakan,

Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.
(Mazmur 14: 3)

Semua manusia telah kehilangan arah. Kita semua telah berdosa.

Hanya Allah sendirilah yang tidak berdosa.

Lalu bagaimana solusinya?

Solusinya adalah Allah yang tidak berdosa harus mengambil natur/sifat manusia (Yohanes 1: 14) sehingga Ia menjadi Allah dan manusia.

Ia punya natur Allah dan punya natur manusia. Satu Pribadi, tetapi punya dua natur.
Inilah yang disebut sebagai dwinatur.

Unik ya?

Memang unik, lain daripada yang lain.

Itu sebabnya karena saking uniknya, kita yang harusnya dihukum oleh Allah jadi bisa diselamatkan dan masuk ke Surga karena Satu Pribadi ini.

Tidak ada pemimpin agama apapun yang seperti ini, sebut saja Muhammad, Sakyamuni, Charles Russell, ataupun Konfusius.
Tidak ada, kecuali Dia sendiri.

Siapakah Dia ini?

Dia ini adalah Kristus, Tuhan!

Dia adalah Allah yang Mahakuasa, yang mengambil rupa seorang manusia dan di dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia rela mati untuk menebus orang-orang yang berdosa.

Kematian Kristus di kayu salib membuka jalan dan hidup yang baru sehingga kita yang berdosa bisa datang kepada Bapa.
Jika Kristus tidak mati maka hubungan kita dengan Allah selamanya akan terputus dan kita pasti menerima hukuman yang kekal.

Alkitab di dalam Yesaya pasal 53 telah memberi tahu bagaimana kesengsaraan dan kematian Yesus ternyata sudah dinubuatkan di Perjanjian Lama, yaitu oleh Nabi Yesaya sendiri.

Bagaimana Yesus dinubuatkan akan mengalami penderitaan, dihina oleh orang banyak, seakan-akan Ia menanggung kesalahannya sendiri, padahal Ia tidak bersalah.
Yesaya telah menubuatkan hari kesengsaraan itu.

Kapan hal itu terjadi?
Hal itu terjadi dimulai ketika Yesus melakukan perjamuan malam dengan para murid-Nya.

St. Nicholas Church Brussels: Last Supper of Christ
St. Nicholas Church Brussels: Last Supper of Christ

Kemudian, Ia pergi ke Taman Getsemani dan di sanalah Ia ditangkap.
Kemudian dari Taman Getsemani, Ia dibawa untuk diadili dan akhirnya divonis hukuman mati.
Setelah divonis hukuman mati, Dia dibawa ke satu gudang untuk mengeluarkan suatu kayu yang berat. Kayu salib.

Seharian itu Ia tidak tidur, lapar, haus, disiksa, dicambuk, dipakukan di atas kayu salib.

Kemudian setelah disalibkan, Ia berkata "Sudah selesai."
Tirai bait suci pun terbelah dua.

Tirai bait suci ini memisahkan ruang Maha Kudus (tempat berdiamnya Allah) dan ruangan lainnya (tempat berdiamnya manusia).

Tetapi sekarang, tirai itu sudah terbelah dan menjadi simbol bahwa pemisah antara Allah dan manusia, yaitu dosa, telah dihancurkan.

Allah telah mengampuni segala dosa kita.
Sekarang kita bisa datang kepada-Nya karena Ia telah memisahkan sekat antara kita dan Diri-Nya, yaitu dosa.

Saudara-saudara, kekristenan adalah agama yang memberikan kepastian.

Sumber: relearn.org
Sumber: relearn.org

Yesus Kristus mengalami semua penderitaan itu untuk menggantikan kita yang berdosa sehingga kita bisa masuk ke dalam surga.

Marilah pada hari ini, waktu kita mengingat kembali pengorbanan Kristus, kita mengucap syukur kepada Tuhan karena bilur-bilur-Nya telah mengampuni kita.
Kita bisa kembali kepada Tuhan karena Dia menyelamatkan kita.

Maukah kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun