Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Es Krim Tradisional dalam Lintasan Waktu

5 Agustus 2024   15:13 Diperbarui: 5 Agustus 2024   15:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi es krim tradisional - sumber gambar: istockphoto.com

Pada abad ke-13, Marco Polo, seorang penjelajah terkenal, membawa resep es krim ke Italia setelah perjalanannya ke Tiongkok. Di Italia, es krim berkembang dengan cepat dan menjadi populer di kalangan bangsawan Eropa. 

Berbagai varian es krim mulai muncul, dengan campuran susu, krim, gula, dan perasa alami yang dibekukan menggunakan es dan garam. Tradisi ini kemudian menyebar ke Prancis dan Inggris, di mana es krim menjadi hidangan yang dinikmati oleh kalangan aristokrat.

Di Indonesia, es krim mulai dikenal pada zaman kolonial Belanda. Pada awalnya, es krim yang diperkenalkan adalah jenis es krim ala Eropa, yang dibuat dari susu, krim, dan perasa alami. 

Es krim ini biasanya hanya dinikmati oleh kalangan elite kolonial dan bangsawan pribumi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat Indonesia mulai menciptakan es krim dengan bahan dan cara pembuatan yang lebih sederhana, yang kemudian dikenal sebagai es krim tradisional. 

Salah satu pionir es krim di Indonesia adalah pendiri restoran Ragusa di Jakarta, yang membawa tradisi es krim Italia ke tanah air pada tahun 1932. Es krim Ragusa yang terkenal dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang khas menjadi pelopor dalam memperkenalkan es krim kepada masyarakat Indonesia.

Dengan kreativitas dan adaptasi terhadap bahan lokal, lahirlah berbagai jenis es krim tradisional yang unik di setiap daerah. Es mambo, yang terbuat dari sirup atau jus yang dibekukan dalam plastik panjang, menjadi salah satu varian es krim paling populer di kalangan anak-anak. 

Es potong, yang dipotong dari balok besar dan disajikan dalam berbagai rasa seperti kacang hijau, cokelat, dan vanila, sering dijajakan oleh pedagang keliling menggunakan sepeda. 

Es campur, dengan campuran berbagai bahan seperti cincau, kolang-kaling, kelapa muda, dan sirup manis yang disajikan dengan es serut, menjadi hidangan penutup yang dinikmati oleh banyak keluarga.

Selain itu, es goyang, yang dibuat dengan cara menggoyang-goyangkan campuran santan, gula, dan perasa di dalam cetakan yang dicelupkan ke dalam air es, menambah kekayaan variasi es krim tradisional Indonesia. 

Proses pembuatan yang unik dan menarik perhatian ini menjadikan es goyang sebagai camilan yang tidak hanya menyegarkan tetapi juga menghibur. Es doger, dengan campuran es serut, santan, tape, ketan hitam, cincau, dan berbagai bahan lainnya yang disajikan dengan sirup manis dan susu kental manis, menawarkan rasa yang kompleks dan kaya akan tekstur.

Sejarah es krim tradisional di Indonesia menunjukkan bagaimana camilan ini telah bertransformasi dan diadaptasi sesuai dengan selera dan budaya lokal. Dari resep asli yang dibawa oleh penjajah dan penjelajah, es krim telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, dengan berbagai varian yang terus berkembang dan tetap dicintai hingga saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun