Standar ini harus mencakup panduan rinci tentang elemen-elemen yang harus diperiksa, frekuensi inspeksi, serta kriteria kelulusan dan kegagalan.
Selain itu, inspeksi harus mencakup simulasi kondisi ekstrem untuk memastikan bahwa bus dapat menangani berbagai situasi darurat, seperti pengereman mendadak atau manuver menghindar.
Penggunaan teknologi canggih dalam inspeksi juga dapat meningkatkan keakuratan dan efisiensi proses. Misalnya, sistem diagnostik komputer dapat digunakan untuk memeriksa kondisi mesin dan komponen elektronik secara menyeluruh, sementara teknologi deteksi kebocoran bisa membantu mengidentifikasi masalah pada sistem bahan bakar dan pendingin.
Penggunaan drone dan perangkat kamera termal dapat membantu memeriksa bagian bawah bus dan area yang sulit dijangkau, memastikan bahwa tidak ada kerusakan atau masalah yang terlewatkan.
Selain itu, ada kebutuhan untuk mengembangkan sistem sertifikasi yang ketat bagi pihak independen yang melakukan inspeksi.
Mereka harus menjalani pelatihan khusus dan mendapatkan sertifikasi yang diakui secara nasional atau internasional.
Ini akan memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan inspeksi dengan standar yang tinggi.
Sertifikasi ini juga harus diperbarui secara berkala melalui pendidikan berkelanjutan untuk memastikan bahwa para inspektor tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam teknologi dan praktik keselamatan.
Setelah inspeksi selesai, laporan hasil inspeksi harus diberikan kepada semua pihak terkait, termasuk sekolah, operator bus, dan otoritas transportasi.
Laporan ini harus mencakup rincian tentang kondisi bus, temuan masalah, tindakan perbaikan yang direkomendasikan, dan jadwal untuk inspeksi berikutnya.
Transparansi ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang jelas tentang kondisi bus dan tanggung jawab masing-masing dalam menjaga keselamatan penumpang.