Tantangan demografi ini disertai dengan tantangan eksternal, termasuk persaingan perdagangan yang semakin ketat dari negara-negara tetangga, terutama China dan Korea Selatan.
Kedua negara ini telah memperkuat posisinya di pasar global dengan biaya produksi yang rendah dan inovasi teknologi yang cepat.
Di samping itu, pandemi COVID-19 beberapa tahun terakhir juga telah memberikan tekanan tambahan pada ekonomi Jepang, seperti yang dialami oleh banyak negara lain di seluruh dunia.
Meskipun demikian, Jepang masih mempertahankan beberapa keunggulan kompetitif yang signifikan. Industri teknologi tinggi, manufaktur presisi, dan infrastruktur yang canggih tetap menjadi kekuatan utama.
Selain itu, pemerintah Jepang telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi tantangan demografi dengan berbagai kebijakan, termasuk memperpanjang usia pensiun dan mendorong partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.
Namun, pertanyaannya adalah apakah upaya ini akan cukup untuk mengatasi ketidakseimbangan demografis yang mendalam dan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa depan.
Peluang bagi Negara-Negara Tetangga
Dalam menghadapi kegoyahan ekonomi Jepang, negara-negara tetangga, termasuk Indonesia, melihat peluang untuk memperluas kehadiran ekonomi mereka di pasar Jepang.
Indonesia, dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, memiliki potensi besar untuk mengekspor barang dan jasa ke Jepang.
Selain itu, ada peluang untuk investasi langsung asing di sektor-sektor yang masih berkembang di Jepang, seperti energi terbarukan, layanan kesehatan, dan pariwisata.
Tidak diragukan lagi, Jepang telah lama menjadi pusat perhatian sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Namun, kegoyahan ekonomi belakangan ini, yang didorong oleh masalah demografi yang semakin meruncing, telah membuka peluang bagi negara-negara tetangga, terutama di Asia Tenggara, untuk mengeksplorasi peluang bisnis yang baru.