Ali mengangguk, "Ya, kamu benar. Dan aku yakin Allah pasti memberkahi setiap langkah kita."
Mereka duduk di teras rumah itu dalam kedamaian, merasakan kehangatan persahabatan mereka yang terus memperkuat mereka dalam melakukan kebaikan.
Ahmad memecah keheningan, "Ali, apakah kamu ingat ketika kita masih kecil dulu? Ramadan selalu menjadi waktu yang istimewa bagi keluarga kita."
Ali tersenyum mengingat-ingat masa kecilnya, "Ya, benar. Mama selalu membuat hidangan lezat untuk berbuka puasa, dan Papa selalu membawa kami ke masjid untuk shalat Tarawih."
Ahmad mengangguk, "Dan kita selalu menunggu momen berbagi makanan dengan tetangga dan sahabat-sahabat kita setelah shalat Tarawih, bukan?"
Ali mengangguk setuju, "Iya, itulah momen yang selalu kami tunggu-tunggu. Rasanya begitu hangat dan menyenangkan, seperti satu keluarga besar yang berkumpul untuk berbagi kebahagiaan di bulan yang penuh berkah ini."
Ahmad tersenyum, "Dan sekarang, kita berdua sedang melanjutkan tradisi itu dengan cara kita sendiri, bukan?"
Ali mengangguk, "Ya, Ahmad. Tradisi memberi dan berbagi selalu menjadi bagian penting dari Ramadan bagi keluarga kita. Dan sekarang, kita memiliki kesempatan untuk meneruskan tradisi tersebut dengan membantu orang-orang yang membutuhkan."
Ahmad menatap Ali dengan penuh kagum, "Kamu selalu menjadi inspirasiku, Ali. Cara kamu peduli dan berbuat baik kepada orang lain sungguh luar biasa."
Ali tersenyum malu-malu, "Aku hanya mencoba melakukan yang terbaik, Ahmad. Dan aku percaya bahwa setiap dari kita memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan dalam hidup orang lain, asalkan kita bersedia melakukannya dengan tulus dan ikhlas."
Ahmad mengangguk, "Kamu benar, Ali. Dan melalui tindakan kita, semoga kita bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan juga."