Ali menatap layar ponselnya, jari-jarinya bergetar di atas keyboard. Pesan grup WhatsApp dari teman-teman lamanya mengundangnya untuk buka bersama (bukber).
Bukber dengan teman-teman lama selalu menjadi tradisi setiap tahun, tapi kali ini Ali ragu. Apakah masih relevan? Apakah masih menyenangkan seperti dulu?
Dulu, semuanya begitu akrab. Mereka tertawa, berbicara, dan berbagi cerita hingga larut malam. Ali ingat betul bagaimana mereka duduk di bawah pohon rindang, makan bersama, dan bercanda.
Famila, teman baiknya semasa kuliah, selalu membawa camilan favorit. Rizal, yang kini tinggal di luar negeri, selalu mengenakan kemeja kotak-kotak yang khas. Dan Maya, yang kini menjadi seorang ibu, selalu membawa anaknya yang menggemaskan.
Tapi seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mulai merenggang. Beberapa teman sudah pindah ke kota lain, sibuk dengan pekerjaan dan keluarga.
Ali sendiri juga tak lagi seaktif dulu. Dia lebih sering menghabiskan waktu di depan layar komputer, mengejar deadline pekerjaan, daripada berkumpul dengan teman-teman lamanya.
Pertemuan di Kafe Taman
Ali memutuskan untuk bertemu dengan teman-teman lamanya di kafe taman yang dulu sering mereka kunjungi.
Kafe itu masih sama seperti dulu: meja-meja kayu dengan bunga-bunga di tengahnya, lampu-lampu gantung yang mengeluarkan cahaya hangat, dan aroma kopi yang menggoda. Ali merasa seperti kembali ke masa lalu.
Saat Ali masuk, Famila sudah duduk di salah satu sudut kafe. Famila masih cantik seperti dulu, dengan senyum yang ramah, "Ali!" teriak Familia.
Famila berdiri dan memeluk Ali erat, "Kangen banget, sayang."
Ali tersenyum, "Aku juga kangen, Fam."
Mereka duduk bersebelahan, seperti dulu.
Tak lama kemudian, Rizal datang. Dia masih mengenakan kemeja kotak-kotak yang sama, "Ali, Famila!", sapa Rizal.
Rizal menyambut mereka dengan hangat, "Kalian berdua belum berubah."
Ali tertawa, "Kamu juga, Rizal. Tetap konsisten dengan kemeja kotak-kotak."
Maya datang terakhir, membawa anaknya yang menggemaskan, "Ali, Famila, Rizal!"
Maya tersenyum, "Ini anakku, Aiden."
Ali mengulurkan tangan pada Aiden, "Halo, Aiden. Kamu pasti anak yang beruntung punya ibu sebaik Maya."
Maya tersipu, "Terima kasih, Ali."
Kenangan dan Keputusan
Mereka saling bercerita, mengenang kenangan-kenangan masa lalu. Famila mengingatkan tentang malam-malam hujan ketika mereka berempat berlindung di bawah atap kafe ini.
Rizal tertawa mengingat bagaimana mereka pernah mencoba membuat lagu sendiri dan nyanyian mereka yang fals. Maya bercerita tentang perjuangannya menjadi seorang ibu tunggal.
Ali merasa hangat di hati. Meski jarak dan waktu telah memisahkan mereka, rasa persahabatan masih tetap ada.
Famila menatap Ali dengan serius, "Ali, bukber sama teman lama masih rekomended, kok. Kita bisa mengenang masa-masa indah dan mempererat hubungan kita. Ya, Ali, ya!"
Ali tersenyum. Mungkin Famila benar. Bukber dengan teman lama masih punya pesona tersendiri. Dan kali ini, Ali akan mengatakan "ya" pada momen berharga ini.
Momen Khusus
Bukber dimulai. Meja di kafe taman itu kini dipenuhi oleh makanan lezat dan canda tawa. Famila, Rizal, Maya, dan Ali duduk bersebelahan.
Famila mengambil peran sebagai "MC" acara, mengajak semua orang berbicara dan berbagi cerita.
Rizal menceritakan pengalamannya bekerja di luar negeri, "Kalian tahu, di sana, bukber itu bukan hanya sekadar makan bersama. Mereka punya tradisi unik. Setiap orang membawa makanan khas negaranya. Jadi, kita bisa mencicipi hidangan dari berbagai belahan dunia."
Maya menambahkan, "Aku juga punya pengalaman seru. Dulu, kita pernah bukber di tengah hutan saat camping. Api unggun, gitar, dan cerita hantu malam hari. Itu momen yang tak terlupakan."
Ali tersenyum mendengar cerita teman-temannya. Dia merasa hangat di hati, "Ternyata bukber dengan teman lama masih punya pesona, ya?"
Famila mengangguk, "Ya, Ali. Ini momen khusus. Kita bisa mengenang masa-masa indah dan mempererat hubungan kita."
Momen Terakhir
Malam semakin larut. Cahaya kafe taman mulai redup, dan mereka masih terus berbicara.
Famila mengeluarkan foto-foto lama dari tasnya, "Ingat ini, Ali?" Famila menunjuk pada foto di mana mereka berempat berpose dengan senyum lebar di depan pohon rindang.
Ali mengambil foto itu, "Tentu saja! Itu momen saat kita semua masih muda dan penuh semangat."
Maya menambahkan, "Dan ingat momen ketika kita semua mencoba naik perahu dayung di danau? Kita hampir terbalik!"
Rizal tertawa, "Iya, dan kamu, Ali, hampir jatuh ke air!"
Ali menggelengkan kepala, "Kita memang selalu punya cerita-cerita gila. Dan sekarang, kita punya momen baru untuk dikenang."
Keputusan Akhir
Saat mereka berdiri untuk pulang, Famila memeluk Ali, "Terima kasih, Ali. Kita harus melanjutkan tradisi ini setiap tahun."
Ali mengangguk, "Ya, Fam. Bukber dengan teman lama---selalu dan selamanya."
Mereka berpisah dengan senyum di wajah masing-masing. Ali merasa bahwa keputusannya untuk hadir di bukber ini adalah keputusan yang tepat. Famila, Rizal, dan Maya adalah bagian dari hidupnya yang tak akan pernah tergantikan.
Relevansi Abadi
Ali berjalan pulang dengan hati yang hangat. Cahaya kafe taman sudah padam, tapi cahaya dalam hatinya masih menyala. Dia memikirkan kembali momen-momen tadi malam.
Famila yang selalu ceria, Rizal yang selalu humoris, dan Maya yang penuh kasih sayang. Mereka adalah teman-teman yang telah mengisi bagian penting dalam hidup Ali.
Ali menyadari bahwa bukber dengan teman lama bukan hanya sekadar tradisi atau rutinitas. Ini adalah momen di mana waktu berhenti dan kenangan hidup kembali.
Di tengah kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan, bukber adalah oase kebersamaan yang tak tergantikan.
Bukber dengan teman lama mengajarkan Ali tentang arti sebenarnya dari persahabatan. Persahabatan bukan hanya tentang berbicara setiap hari atau bertemu secara rutin. Persahabatan adalah tentang memahami, menghargai, dan menerima perbedaan satu sama lain.
Famila yang selalu mendengarkan curhatannya, Rizal yang selalu menghiburnya, dan Maya yang selalu memberikan dukungan.
Ali berjanji pada dirinya sendiri. Ia akan terus menjaga hubungannya dengan teman-teman lamanya. Meskipun jarak dan waktu terus berubah, momen bukber akan selalu menjadi titik balik yang berarti dalam hidupnya.
"Ya, bukber dengan teman lama---selalu dan selamanya.", janji Ali dalam hatinya.
Akhir Cerpen
Semoga cerpen ini mengingatkan kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan dengan teman-teman lama.
Terkadang, momen sederhana seperti bukber bisa menjadi titik balik yang berarti dalam hidup kita.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi kita selalu bisa mengandalkan momen-momen indah bersama teman-teman kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H