Tiba-tiba, dia mendengar suara gemerisik di belakangnya. Ketika dia berbalik, dia melihat seorang pemuda tampan berdiri di sampingnya. Pemuda itu tersenyum ramah.
"Hai, namaku Reza," sapanya dengan sedikit tersenyum.
Mira merasa sedikit gugup namun tersenyum balik. "Hai, saya Mira."
Reza melihat kalung bulan sabit di leher Mira. "Kalung itu sangat cantik. Apakah Anda baru saja membelinya?"
Mira mengangguk. "Iya, saya membelinya tadi."
Reza tertawa kecil. "Apakah Anda percaya akan cerita-cerita tentang kekuatan magisnya?"
Mira tersenyum malu. "Entahlah, saya hanya merasa kalung ini menarik."
Reza mengangguk. "Saya juga tertarik dengan hal-hal seperti itu. Percayalah, terkadang keajaiban memang bisa terjadi."
Mira tersenyum. Dia merasa nyaman berbicara dengan Reza, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama. Mereka berdua terus berjalan-jalan di pasar malam, berbagi cerita dan tawa di antara keramaian.
Ketika malam semakin larut, Mira menyadari bahwa dia sudah terlalu lama berada di pasar malam. Dia pun pamit pada Reza, berjanji untuk bertemu dengannya lagi suatu saat nanti.
Saat akhirnya mereka harus berpisah, Mira merasa sedikit sedih. Namun, dia tahu bahwa persahabatan mereka akan terus berlanjut, meskipun mereka terpisah oleh waktu dan jarak.