Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Maret dan Rindu yang Tak Terucapkan

4 Maret 2024   18:49 Diperbarui: 4 Maret 2024   19:08 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi

Mereka duduk berdua di teras rumah, menikmati kehangatan hujan yang turun dengan lembut. Tetes-tetes hujan itu bagai membasuh rindu yang terpendam di hati mereka, membawa kedamaian yang lama dinanti.

Di hari-hari berikutnya, pemuda itu terus datang menengok Nyonya Emilia. Mereka berdua menjadi teman yang akrab, saling berbagi cerita tentang masa lalu dan harapan untuk masa depan.

Nyonya Emilia merasa bahwa kehadiran pemuda itu adalah anugerah dari langit. Dia mulai merasakan kehangatan yang telah lama hilang di dalam hatinya, seperti hujan Maret yang membawa kesegaran baru setiap tahunnya.

Sementara itu, pemuda itu juga merasa bahwa rumah Nyonya Emilia adalah tempat yang penuh dengan kedamaian dan kehangatan. Dia merasa bahwa dia telah menemukan bagian dari dirinya yang telah lama hilang di sana, seperti pulang ke pelukan keluarga yang telah lama dirindukan.

Hari berganti hari, hingga suatu pagi ketika hujan Maret turun dengan derasnya. Nyonya Emilia duduk sendirian di teras rumah, menatap tetes-tetes hujan dengan tatapan penuh makna.

Tiba-tiba, pemuda itu muncul di hadapannya dengan senyuman lebar di wajahnya. Dia membawa sebuah payung besar di tangannya, menawarkan perlindungan dari hujan yang turun dengan lebatnya.

"Selamat pagi, Nyonya Emilia. Bisakah saya menemani Anda?" ucapnya dengan lembut.

Nyonya Emilia tersenyum dan mengangguk. Mereka duduk berdua di bawah payung besar itu, merasakan kehangatan yang terselip di antara tetes-tetes hujan yang turun dengan derasnya.

"Mengapa Anda selalu datang ketika hujan turun, sayang?" tanya Nyonya Emilia sambil menatap pemuda itu dengan penuh rasa ingin tahu.

Pemuda itu tersenyum. "Karena hujan Maret selalu mengingatkan saya pada sesuatu yang berharga dalam hidup saya."

Nyonya Emilia menatap pemuda itu dengan tatapan penuh harap. "Apa itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun