Saat bepergian ke luar negeri, dengan lama penerbangan minimal 2 jam, biasanya kita akan disuguhi makanan atau snack selama penerbangan. Menu utama yang diberikan biasanya terdiri dari dua atau lebih opsi, seperti ayam atau daging, atau ayam atau ikan. Namun beberapa orang kadang mempunyai batasan-batasan tertentu untuk makan menu reguler tersebut.
Untuk itu maskapai umumnya bisa menerima pemesanan menu-menu khusus melalui website mereka hingga beberapa hari sebelum keberangkatan, seperti menu vegetarian, menu bebas gula, menu untuk Muslim (disingkat MOML), menu Kosher dan lain sebagainya.Â
Penumpang dengan dietary restrictions yang demikian disarankan memesan menu khusus tersebut yang bisa dilakukan saat memesan tiket melalui website resmi maskapai.
Saya termasuk penumpang yang serin memesan dahulu menu MOML (Moslem Meal) saat bepergian, kecuali jika menaiki maskapai yang menyatakan semua menu yang mereka sajikan bersertifikat Halal (seperti Turkish Airlines, Qatar Airways, Emirates atau Malaysia Airlines).Â
Selain kita akan merasa lebih yakin dan aman terhadap apa yang kita makan, biasanya jika kita memesan menu khusus ini maka saat terbang dan waktu makan tiba, makanan kita akan diantarkan lebih dahulu ke kursi kita dibandingkan dengan penumpang yang tidak memesan.
Meskipun kadang sungkan juga sih kalau makan duluan sementara penumpang sebelah belum. Sebab penumpang dengan menu reguler harus menunggu pramugari-pramugara datang melayani sesuai urutan nomor kursi.Â
Uniknya, selama ini yang saya alami, kalau memesan menu MOML di kelas ekonomi, saya sering dan hampir selalu disuguhi menu kare India dan nasi dengan beras basmati. Â Ini terjadi tidak hanya penerbangan di Asia namun juga saat ke Eropa atau Amerika.Â
Awal-awal perjumpaan dengan menu ini masih suka banget sama kare yang disuguhkan. Namun lama-lama keseringan mulai bosan juga, apalagi saat penumpang sebelah makan ikan salmon plus beraneka buah, lalu di hadapan saya terhidang kare ayam lagi, plus buah pisang.Â
Sebagai manusia biasa,lama-lama saya iri juga sih. Lho, kok orang sebelah dapat buah-buahan potong segar dan saya hanya pisang. Kan saya boleh makan buah-buah itu, begitu pikir saya. Iya memang ikan salmon tetangga lebih indah daripada kare ayam India saya. Duh. Apalagi nggak setiap waktu menu kare cocok kan. Seringnya eneg kalau sebenarnya ingin makan yang ringan-ringan.
Suatu waktu, penumpang sebelah dapat snack sandwich tuna, dan saya dengan standar menu MOML dihadiahi sebuah pisang. Hah? Serius? Pisang lagi. Tadi di menu main course buahnya sudah pisang juga lho.Â
Tapi yah namanya katering pesawat yang mungkin standar menunya begitu dalam penerbangan saya ngga bisa berharap banyak. Apalagi kalau memang itu saja yang disiapkan dengan prosedur Halal, jadi saya paham memang begitu resikonya.
Cuma bertanya-tanya saja kenapa menunya harus kare India di berbagai penerbangan dan maskapai? Kalau boleh bilang atau kasih masukan ke kateringnya para maskapai ini, pengen bilang kalau masakan Halal itu ngga harus kare-karean lho! Ikan, daging dan seafood juga boleh kok. Bumbu lain gitu kek. Kadang ada sih menu MOML yang pakai ikan, tapi lagi-lagi bumbunya kare India. Wadaww... gemas.Â
Suatu saat berkesempatan naik di kelas bisnis. Karena sedang kurang enak badan dan perut mual, saya berharap bukan kare, karena sedang nggak bisa makan yang creamy-creamy. Saat pramugari datang dengan nampan dan piring-piring putih tertata rapi, ternyata eh ternyata isinya kare lagi, kare lagi! Oh no...!Â
Ternyata MOML untuk ekonomi dan bisnis sama di maskapai tersebut, ementara tetangga sebelah satu nampan menunya mewaaaah. Kecewa banget dan eneg luar biasa dengan menu kare ini pada waktu itu. Bedanya dengan ekonomi cuma bajunya, yang biasanya di wadah kecil di bisnis diganti alas piring. Memang spertinya jodoh saya ya dengan acha-acha ini.Â
Dalam penerbangan yang lebih lama, 12 atau 14 jam, di mana ada dua kali makan, saya selalu pasrah kebayang MOML dua kali kare. Namun di JAL rute Honolulu makanan kedua saya menunya bedaaa. Roti tuna dan udang dengan potongan buah-buah segar (bukan pisang), meskipun menu makanan pertamanya teteup kare. "Ah akhirnyaa," batin saya.
Jadi kenapa sih harus kare India untuk menu MOML? Menurut penerawangan saya hal ini bisa jadi dikarenakan oleh dua hal. Satu, mungkin karena sejarah awal-awal orang Muslim bepergian pakai pesawat umumnya berasal dari Asia Selatan, dan banyak dari mereka yang rikues Halal food saat di udara. Jadi mungkin begitulah awal katering pesawat menyediakan menu MOML yang menyesuaikan selera mereka: Kare.
Kedua, mungkin juga kare India dijadikan tengah-tengah atau titik temu rasa antara Timur Tengah dan Asia yang banyak penduduk Muslimnya. Yaa kali, menu MOML maskapai luar bisa mengadopsi bumbu bali, bumbu rendang, atau bumbu-bumbuan Indonesia yang sangat kaya ragam itu. Pasti sippp baangett kan.
Sementara untuk maskapai yang semua menu regulernya sudah bersertifikat Halal, makanan regulernya tentu saja khas negaranya masing-masing yang bervariasi dan juga lezat. Menurut ingatan saya, yang paling banyak porsinya adalah Emirates, yang paling enak rasanya Turkish Airlines, dan yang paling mewah penyajiannya (dengan alat makan stainless steel, bukan plastik seperti maskapai umumnya) adalah Qatar Airways.Â
Demikian cerita tentang MOML dan menu Halal yang tersaji di udara. Kalau ada pengalaman makan menu MOML terdahsyat boleh dibagi ceritanya :)
Mutiara Me
(baru bangun dari tidur setahun)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H