Mohon tunggu...
Median Editya
Median Editya Mohon Tunggu... lainnya -

penyuka beladiri dan sastra. calon guru teknik yang dicemplungin NASIB ke dunia perbankan..well, life always have a twisting plot rite ?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berjuang= Berkorban Melawan Keterbatasan!

16 September 2010   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas membaca satu halaman itu saya tertarik dalam satu renungan sederhana. Mengenai bagaimanakah sosok-sosok itu benar-benar bisa berkilau menginspirasi dengan tindakannya. Mencoba me-reka apa yang mereka lakukan, mencoba membayangkan dan terutama menarik hikmah atasnya.

Satu kesamaan utama yang beliau-beliau ini miliki ialah kesediaan untuk berjuang merealisasikan apa yang mereka anggap baik demi membantu sesama. Bagi saya, kesediaan itu benar-benar mengagumkan karena mampu mematahkan rasa malu dan tidak berdaya akan keterbatasan bahkan mampu mengoyak selubung jengah ketakutan akan pengorbanan.

Jamaknya yang sering kita lakukan saat mau melakukan beragam hal ialah berkilah.

“wuah saya ndak punya uang, wuah saya ndak punya waktu..bla bla bla.”

Padahal yang paling benar ialah wuah saya ndak punya “mau”. Kita haruslah malu kepada ibu kiswanti yang hanya merupakan istri seorang buruh bangunan. Kalau mau kita berhitung berapa kah penghasilan seorang buruh bangunan? Cukupkah untuk mendirikan taman bacaan? Bagaimana mungkin beliau dengan keterbatasan itu mampu mendirikan dan meluangkan waktu untuk mengurusinya? Apakah kita tak sepantasnya malu kalau melihat usaha beliau?

Selain itu bagaimana pengorbanan yang mereka berikan merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan. Bagaimana seorang ibu lilik “tega” menjual rumahnya demi kegiatan sosialnya. Dan itu belum termasuk pengorbanan beliau untuk total bergerak disana, mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan mencoba melawan arus umum dengan membasmi akar permasalahan. Hal yang sama patut direnungkan dari pak erwan yang mau sepenuhnya terjun memecahkan masalah komunikasi di pedesaan yang bahkan menciptakan efek memecahkan persoalan perkelahian disana.

Saya rasa inilah yang seharusnya kita contoh dan kita tiru. Berapa banyak diantara kita yang berkomentar mengharap perubahan akan beragam masalah di Indonesia? Saya pikir semuanya akan mengacungkan tangannya kalau saya bertanya demikian. Tapi saat saya bertanya, berapa banyak diantara kita yang bersedia dan mau terjun dalam aksi nyata mencurahkan waktu, tenaga, pikiran dan hartanya demi memecahkan beragam masalah di indonesia? Berapa orangkah yang bersedia mengacungkan tangannya? Kita juga harus membiasakan untuk membasmi akar masalah, membasmi secara permanen bukan hanya untuk sementara.

Kita setuju kalau indonesia sekarang sedang sakit! Maka dibutuhkan manusia-manusia tangguh untuk menyembuhkannya, manusia-manusia yang tak hanya mengharapkan keajaiban, manusia-manusia yang tak hanya menyalahkan kepemerintahan, manusia-manusia yang tak manja dan rela berpeluh keringat dalam aksi nyata. Sosok-sosok langka yang diperlukan di beragam bidang.

Lihatlah daerah-daerah yang merana ditinggal anak mudanya, lihatlah lingkungan-lingkungan kumuh yang membutuhkan beragam bantuan intelektual untuk menatanya, lihatlah kaum fakir miskin yang menanti binaan dari orang-orang kaya. Kita sadar faktanya bukan? Kalau negara diam terus kita juga diam trus keadaan apakah bisa berubah? Apakah kita sebagai manusia (dan warga negara) hanya ingin enak dengan bermain aman di belakang saja?

Bukankah ada pepatah terkenal untuk tidak hanya mempertanyakan apa yang negara bisa lakukan untukmu tapi juga tanyakan apa yang bisa kamu lakukan untuk negaramu?

Bukankah orang-orang tua berkata kita mati hanya meninggalkan nama? Bukan harta melimpah, bukan gedung kantor megah, bukan pula kendaraan wah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun