Mohon tunggu...
Redaksi MediaIslamNet
Redaksi MediaIslamNet Mohon Tunggu... -

Portal Opini dan Solusi Islami.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi Militer AS Berubah, Apa Pentingnya Bagi Kita?

16 Januari 2012   00:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentangan keras berasal dari Partai Republik menjelang Pemilu AS tahun ini. Para kandidat presiden dari Partai Republik masih menginginkan fokus strategi AS masih mementingkan di Timur Tengah. Kampanye kandidat capres AS masih menginginkan perhatian penuh negara AS pada eksistensi negara Israel di Palestina.

Partai Republik yang didominasi oleh para pengusaha multinasional ini mengecam kebijakan Obama yang mengalihkan fokus perhatian ke Asia Pasifik. Partai Republik  memandang AS tak perlu memperhitungkan China. Negara Komunis itu, menurut mereka, kelak juga akan jadi abu sejarah. Pengalihan strategi hanya akan melemahkan negara AS sendiri.

Menanggapi kecaman rival Partai Demokrat ini, para pengamat dunia memandang alasan para petinggi Partai Republik ini justru mengabaikan realita yang ada. Di satu sisi, banyak pihak  memahami bahwa perusahaan-perusahaan nasional  yang dimiliki oleh para kapitalis dari Partai Republik ini banyak bertebaran di Timur Tengah. Mulai dari perusahaan keluarga Bush, Dick Cheney, dan lain-lain yang bergerak di bidang migas. Militer sesungguhnya menjadi alat para kapitalis yang bergantian memimpin Negara Amerika Serikat untuk menjaga dan melindungi kepentingan mereka, khususnya perusahaan-perusahaan besar mereka yang telah mengeruk dan merampas tambang-tambang milik kaum muslimin.

Dan kini, AS terpaksa mengganti strategi militer mereka. Sekiranya mereka masih punya banyak uang dan kekuatan, niscaya mereka tak akan meningalkan Timur Tengah. Sebuah wilayah yang bergolak dengan kaum muslimin yang bergerak dengan militansi ideologi tinggi.

Masyarakat Timur Tengah bukanlah seperti masyarakat Indonesia. Reputasi AS sangat jatuh, pasca perang Iraq dan Afghanistan. Di Pakistan, mayoritas rakyat, bahkan lebih dari 90% membenci AS. Begitu pula di Negara-negara muslim lainnya di kawasan Timur Tengah.

Pamor AS merosot jatuh di mata umat Islam. Tak ada yang mau menerima AS sebagai teman. Semua menganggap musuh. Yang menganggap teman hanya segelintir kecil antek-anteknya yang kini mulai menyadari bahwa para antek akan mengalami nasib tragis seperti halnya orang-orang semacam Saddam Husein dan Hosni Mubarak.

Timur Tengah bukanlah Indonesia, yang masih menyambut Obama dengan tangan terbuka. Hanya sedikit orang dari sekian banyaknya orang Indonesia yang mampu melihat AS sebagai Srigala berbulu domba.

Di Indonesia Obama dipuji bagai pahlawan. Digelari karpet merah saat memasuki Masjid Istiqlal, berdampingan dengan Imam besarnya, sementara atas perintah tangannya ia telah membunuhi jutaan umat Islam di seantero dunia. Kebijakan AS di Indonesia bahkan telah menyebabkan terbunuhnya anak-anak bangsa oleh tangan-tangan anak bangsa lainnya.  Kasus Freeport di Papua menjadi contohnya. Inilah bukti bahwa AS masih mencengkeram kuat Indonesia.

Saya pun tersentak bahwa sepuluh tahun kedepan, ketika AS menarik sebagian besar pasukannya di Timur Tengah, akan menjadi kesempatan emas bagi umat Islam, khususnya umat Islam di Timur Tengah untuk menegakkan Khilafah dan mengambil alih seluruh aset AS di sana. Ini pula yang tampaknya dikhawatirkan oleh para kapitalis Partai Republik. Bagi mereka, hal ini juga menjadi ancaman bagi eksistensi Negara Israel.

Tidak sedikit pula pengamat yang menilai bahwa penjualan senjata besar-besaran dari AS ke penguasa-penguasa Negara Arab sekarang akan menjadi bumerang bagi Negara AS sendiri. Penguasa Negara-negara Arab yang menjadi boneka AS saat ini sudah melemah pengaruh dan kekuatannya di hadapan rakyat mereka. Kekuatan umat terus bergerak. Bukan tidak mungkin kekuatan senjata ini akan diambil alih rakyat dan dikembangkan menjadi senjata yang jauh lebih menggentarkan.

Sekalipun AS dan Negara-negara Barat mengklaim pergerakan rakyat adalah bentuk kemenangan demokrasi, namun tidak dipungkiri bahwa kekuatan aqidah pulalah yang menggerakkan umat secara bersama. Karena bila hal tersebut diklaim sebagai kemenangan demokrasi, maka tentu akan berkorelasi positif terhadap pamor AS yang dikenal sebagai kampiun demokrasi di dunia. Tapi kenyataannya tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun