Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Indonesia Nol Emisi, Dimulai dari Mana?

24 Oktober 2021   21:44 Diperbarui: 24 Oktober 2021   22:12 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi emisi karbon mobil (news.ddtc.co.id/diunduh)


Pemahaman ini sangat penting, karena penggunaan bahan bakar dan senyawa karbon juga banyak terjadi di rumah tangga. Karuan saja, keduanya berkaitan dengan mobilitas kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat sehari-hari. Perpindahan bahan bakar minyak tanah memang sudah banyak berkurang, berganti bahan bakar gas elpiji. Tetapi, ini belum diikuti dengan pola kebiasaan lain untuk lebih hemat energi, terlebih emisi yang berkarbonasi.

Kebiasaan memanaskan makanan harus dihilangkan. Selain tidak menyehatkan, makanan lama yang sering dipanaskan akan memicu pemanasan yang menyebabkan gas karbon. Begitu juga, sering menyimpan menggunakan alat pemanas dari listrik, bisa menimbulkan emisi karbon yang meningkat.

Mengurangi penggunaan plastik juga menjadi cara agar penggunaan karbon juga berkurang. Kandungan alkena dalam karbon yang banyak digunakan sebagai bahas dasar pembuatan plastik, akan menyusut manakala masyarakat sendiri mengurangi bahan kemasan dari plastik. Apalagi, jika menjadi sampah berlebih, bahan plastik ini juga bisa merusak lingkungan karena sulit terurai.

Cukup besarnya kontribusi emisi karbon dari transportasi ini nyata. Maka, berkendara dengan bijak juga bisa didorong untuk mengurangi gas buang kendaraan bermotor. Ini bahkan bisa dimulai dari pengendara sendiri. Saat antrean mengular di stasiun pengisian ulang bahan bakar (SPBU) misalnya, alangkah lebih baiknya kendaraan dimatikan sambil menunggu giliran diisi. Bila perlu, pihak SPBU juga bisa mengeluarkan peraturan bagi konsumen untuk mematikan mesin kendaraannya. Kampanye Matikan Mesin bisa dibangun sebagai gerakan komunal mengurangi emisi karbon berlebihan di jalan.

Dalam konteks lebih luas, kebijakan bebas asap kendaraan juga bisa terus digalakkan. Seperti melarang lalu lintas kendaraan bermotor (car free) di ruas jalan sepanjang kawasan ruang publik saat hari-hari tertentu. Jika berkepentingan jarak dekat atau santai, sebisa mungkin kita juga tidak menggunakan kendaraan bermotor untuk memenuhinya. Sekadar beli makanan ringan di warung tetangga, maka tidak perlu berkendara bermotor.

Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan total emisi karbon dioksida (CO2) mencapai 33,9 gigaton (Gt) sepanjang 2020. Sebanyak 13,5 Gt di antaranya berasal dari listrik dan pemanas, dan menjadi yang paling banyak dibandingkan sumber lainnya. Selain industri, transportasi juga menyumbang emisi karbon sebesar 7,2 Gt. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun