Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemanusiaan ala Pak Totok, Berbagi Senyampang Berpontang-panting Diri

31 Desember 2020   22:35 Diperbarui: 29 April 2021   07:58 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Heru Sumariyadianto (depan) (dok. pribadi)

Sejak masih di bangku SMP pun, Heru Totok sebenarnya sudah punya harapan besar. Yakni, bagaimana saudara sesama yang mengalami kondisi kurang beruntung dalam segala keterbatasan yang dialami, juga tetap mendapat perhatian dan kebahagian seperti orang kebanyakan. 

Meski dengan kadar kebutuhan yang berbeda, sesama juga mendapati kebermaknaan dalam kehidupannya. Tidak terus mengalami kesempitan, apalagi keterpurukan sepanjang hidupnya.

Cita mulia Heru ini memang masih terus diperjuangkan dan baru sesekali saja ada kesempatan kecil mewujudkannya. Tetapi, cita yang sudah kuat tertanam ini bukan berarti sekadar angan-angan. Bisa dikata, ia masih belum bisa tidur nyenyak jika masih mendapati keinginannya tetap menggantung.

Menurutnya, perlu ada perhatian dan fasilitasi khusus bagi penyandang disabilitas kategori mental berat. Dalam perkiraan pak Totok, di lingkup wilayah kecamatan Kepanjen saja, setidaknya ada 20-an penyandang disabilitas sulit, dengan kondisi kemandirian sangat rendah ini. 

Perhatian lebih, kata Heru Totok, juga harus bisa lebih memberdayakan bagi kehidupan lebih baik. Bukan sekadar berbagi dan menyantuni (charity) yang sifatnya temporal atau sesekali waktu. Keadaan masyarakat yang seperti ini, perlu sumbangsih relawan selain intervensi negara dan pemerintah.

Bagi Heru Totok, kesenangan bergiat sosial kemanusiaan dan berbagi empati yang dilakoninya selama ini lebih dikuatkan juga dengan panggilan nurani. Ia mengaku bisa menghabiskan setidaknya 60 persen waktunya sejauh ini lebih termanfaatkan juga untuk kemasyarakatan. Pulang menikmati waktu di rumah cukup larut pun, tetap dinikmatinya dengan ikhlas karena kesibukan di luar pekerjaan utamanya.

Kepuasan batin dengan bersosial ini memang tak serta merta. Ia mengaku terkadang juga mengalami pergolakan batin, terlebih ketika dihadapkan pada tuntutan mendahulukan kepentingan keluarga. Sesekali ada titik cemas juga, ketika kadangkala untuk keperluan sendiri dan keluarga terganggu. Ya, ia pun harus pandai-pandai memosisikan diri dengan selayaknya dan seperlunya.

Pak Totok berprinsip, dalam kehidupan bermasyarakat sebisa mungkin bisa menyenangkan orang lain, meski dengan segala kemampuan dan keterbatasan diri yang dipunyai.

"Nilai kemanusiaan itu tinggi dan tak berbatas, jadi tidak pernah ada kata cukup berbuat. Meski belum bisa totalitas dan kadang mendapati pertentangan kecil, semoga tetap bisa bergiat kemanusiaan dan sosial. Sudah jadi kebiasaan, jadi mengalir dijalani saja," tekad pak Totok.

Bisa memberi perhatian lebih dan mengurusi lebih khusus penyandang disabilitas masih menjadi cita-cita luhur Heru 'Totok.' Meski, ia mengaku alami kekhawatiran mendapat anggapan kurang positif memperjuangkan untuk kepentingan pribadi. Jadi, sejauh ini, ia lebih baik memaksimalkan dulu apa yang dipunyai.

Berbagi di Masa Pandemik, Jasa Ekspedisi lebih Dibutuhkan

Situasi pandemi memang menjadi masalah bersama kini, dan tak mungkin bisa diatasi sendirian oleh siapapun. Selain kerelawanan, kolaborasi aktif bersama unsur dan pihak lain menjadi hal yang tak bisa dinafikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun