Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Rumah Saja, Semua Bisa Didapat dari Bunda

6 Desember 2020   23:05 Diperbarui: 6 Desember 2020   23:42 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara mendidik bunda Diah yang paling kentara pada kakak adalah soal keberanian, disiplin, dan bertanggung jawab. 'Pelajaran' ini bahkan bisa diterima kakak dalam suasana santai sambil rebahan, atau ketika beraktifitas pekerjaan rumah. Keberanian yang tertanam pada kakak begitu terlihat setidaknya pada kemampuannya cas-cis-cus layaknya orator. Ya, kakak haidar menjadi suka berpidato ataupun bercerita, dan tampil di berbagai kegiatan sekolah berkat sang bunda. Belajar intonasi, ekspresi, juga pilihan narasi banyak dilakukan bersama bundanya. Kebetulan saja, bunda Diah juga guru bahasa Indonesia. Pas deh! 

Soal tanggung jawab dan disiplin, sudah tertanam dalam kebiasaan si sulung mulai dari aktifitas di rumah. Seperti membersihkan rumah atau sesekali merapikan pakaian. Bersih-bersih rumah biasanya dilakukan kakak tiap sore, meski dia anak laki-laki, namun hal ini sudah biasa dilakukannya. 

Cukup berbeda pada putri kedua kami, Annisa Kamil (12), yang memiliki sifat lebih keras. Tentunya, ia memiliki keinginan dan kemauan lebih kuat. Bahasa apa lagi yang mesti digunakan bunda Diah pada kak Annisa?


Lebih ekstra tentunya bagi bunda Diah untuk bisa mengenali emosi putri kami beranjak jadi gadis kecil ini. Meski cara mendidik disiplinnya bisa dibilang tegas, tidak serta merta dilakukan. Kakak Annisa lebih banyak menjadi 'teman sebaya', untuk bisa diambil hatinya. Namun, tetap tetap dalam batasan yang tidak berlebihan.

Nah, bahasa kelembutan dan empati yang harus ditunjukkan. Bahkan, harus dengan pujian dan apresiasi dulu ketika memulai mendidiknya. Sekali saja mengecewakan, dan diperlakukan kasar, maka perangai Annisa berubah seketika. Tidak banyak ditunjukkan memang kekesalannya. Namun, jika sampai terlampiaskan, maka sikap reaktifnya minta ampun. 

Singkatnya, sosok bunda Diah juga kudu serba bisa. Perannya tetap tak tergantikan, meski ia harus pandai-pandai berganti peran. Bahkan, ketika dalam waktu yang sama, ketika menghadapi ketiga buah hati kami. Dalam mendidik, bunda Diah tetap punya bahasa keibuan yang tetap satu tujuan, meski harus tidak sama pada semua anak-anaknya.


Banyak di Rumah, Lebih Banyak Peran

Hal lain yang dimiliki seorang bunda, dan ini belum tentu ada pada ayah, adalah ketelatenan ketika mendampingi anak-anak. Terlebih selama masa pandemi, bunda memang banyak bekerja dari rumah. Dibanding saya sendiri, bunda bahkan kadang jauh lebih sibuk pekerjaannya.


Karuan saja, hampir tiap pagi bunda Diah dihadapkan pada lembar kerja yang berisi daftar nama-nama anak. Mereka tak lain adalah para siswa-siswinya, yang tetap harus dipandu dan dipantau belajarnya di rumah masing-masing. Sementara, bunda Diah sendiri menjadi  pendamping pada dua anak perempuan kami yang masih duduk di bangku sekolah dasar. 

Cara menjalani kerja bunda Diah bisa dibilang mengasyikkan. Ia lebih banyak menikmati pojok belakang rumah yang penuh bunga hias. Ya, dapur rumah yang juga disulap menjadi taman indoor ini menjadi tempat favoritnya. Ditemani secangkir kopi di meja, dengan sesekali merawat bermacam bunga hias di pot-pot, mungkin mendatangkan inspirasi tersendiri. Meski begitu, ia tidak kehilangan konsentrasi saat memandu belajar daring. 

Pada saat yang sama, bunda Diah menjadi guru yang menjadi jujugan pertanyaan soal pelajaran buah hatinya sendiri. Belum lagi jika harus ada yang disiapkan untuk kebutuhan seisi rumah. Bayangkan, ribet juga pastinya. Tetapi, ia tidak tampak terganggu dengan pertanyaan ketidakpahaman anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun