Belajar dengan cara tak biasanya ini menghasilkan begitu cepat perubahan pada perilaku dan sikap belajar anak. Sementara, perkembangan belajar mereka tidak cukup langsung bisa diketahui. Ya, terpenting kemauan belajar anak tetap ada, meski tak bisa lagi di bangku sekolahnya. Sesederhana itu kah?
Penulis cukup kaget, mendapati perubahan cepat pada anak kami kini, bahkan sejak awal model belajar daring ini harus dilakoni mereka. Annisa yang awalnya tidak begitu tertarik gawai android, berubah dengan cepatnya kini seperti menemukan keasyikan tersendiri. 'Dunia lain' yang kini ditemui Kakak Annisa, meski ia tak banyak beranjak dari meja belajar di kamarnya.
Anak kami yang belum beranjak remaja ini kini begitu banyak temannya. Tidak kenal langsung sebelumnya, bahkan juga dari lintas kota dan pulau. Ada juga bahkan yang nyasar, ngakunya dari negara lain. Wadduh!
Penulis juga tersentak, menemukan macam-macam kata dan istilah dalam chat yang biasa mereka gunakan. Pelajaran lain yang cepat dikenal si kakak, seperti kata-kata bahasa Inggris dan Korea, tak jarang pula digunakan dalam komunikasi maya-nya.
Satu komunitas jagad maya sudah diikuti anak kami, dan selalu beranak pinak menjadi grup baru, mengikuti munculnya hal-hal baru yang dimunculkan trendsetter dan pesohor yang diidolakan milenal dan anak ingusan kini. "Kamu Army bukan?" Begitu salah satu bahasa pemersatu anak milenial kini.
Masih ada lagi, banyak aplikasi android lain yang akhirnya dikenali dari fitur aplikasi digital media sosial (medsos). Yang mengkhawatirkan juga, semua aplikasi ini juga dilengkapi fitur interaktif yang bisa saling bertukar pesan sesama penggunanya. Tidak hanya Youtube dan Instagram, fitur lain dengan konten bebas yang bisa diunggah pengguna, dinikmati anak dengan mudahnya.
TikTok, Bigo, Wechat, Snapchat dan sejenisnya kerap menganggu anak-anak saat ia sedang belajar daring sekalipun. Cara paling mudah harus dihapus aplikasi tak penting ini. Namun, tetap saja kembali dipasang jika gawai android sudah di tangan mereka! Â
Memanfaatkan gawai menjadi satu-satunya alternatif paling mudah dan cepat mendukung anak belajar daring di rumah selama pandemi. Semua memang bermula dari pengiriman materi dan soal latihan pelajaran melalui aplikasi pesan (whatapps), lalu menjadi kegiatan rutin pembelajaran non-tatap muka ini. Namun, terlalu lama diharuskan memegang gawai tidak baik bagi perkembangan anak.
Banyak Daring, Menjauhkan Anak pada Kebutuhannya
Siapa paling terancam akibat situasi pandemi berkepanjangan yang terjadi kini? Orang dewasa yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan memang terdampak langsung. Akan tetapi, anak-anak juga lah yang paling rentan. Terlebih, mereka sejatinya belum siap dan tak cukup dewasa memahami cara bagaimana menghadapinya.