Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coffeestory #1: New Normal, Harapan Besar pada Kaum Muda?

30 September 2020   10:45 Diperbarui: 30 September 2020   10:55 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pitungan yang dimaksud pria paruh baya ini sejatinya adalah peluang kerja, ataupun penghasilan, yang ingin didapatkannya hari itu. Hal yang hampir tiap hari dicarinya, yang diharapkan bisa menopang kebutuhan ekonomi keluarganya sehari-hari.

Heru Totok memang tak lagi muda, tetapi cukup terlihat kuat dan konsisten dengan apa yang diperjuangkannya. Daya jelajahnya pun bisa dibilang sangat tinggi dan luas. Tak jarang, ia harus menjelajah cukup jauh hingga lintas kota, meski cukup bermodal sepeda motor buntut yang sejatinya kurang layak jalan. Ia tampak tak gampang menyerah, semangatnya ulet dan terus dipertahankan.

"Saya masih termasuk pemuda dan kuat, loh", begitu selorohnya, menggambarkan keyakinannya pada kemauan dan daya juang yang dimiliki.
Cerita di atas memang sekadar ilustrasi, namun merupakan fenomena nyata: adanya sebuah ketimpangan antargenerasi. Kesenjangan daya juang yang sejatinya sudah menggejala pada masyarakat dan bangsa kita.

Penulis lalu mencoba membandingkan dengan kebiasaan nongkrong anak muda, bahkan dalam usia remaja. Dua generasi ini berada dalam dunia nyata yang sama. Namun, bisa jadi masalah kesenjangan daya juang ini bisa jadi masalah serius tentunya, jika cenderung semakin buruk dari generasi ke generasi!

Sekali lagi, pemuda semestinya punya optimisme, semangat, motivasi bahkan obsesi. Jika semua bisa dibungkus utuh dengan baik, maka akan melahirkan harapan, daya juang, dan kekuatan yang tak bisa diremehkan. Karakter yang memang sangat dibutuhkan menghadapi pascapandemi dan kehidupan new normal ke depan.

Harapan akan selalu menjadikan kaum muda peka, kritis dan punya idealisme tanpa pamrih. Daya juang bisa menumbuhkan pribadi pionir, mandiri dan tak mudah menyerah. Dan, kekuatan akan menjadikan siapa saja siap, sigap dan cepat bangkit menghadapi situasi apapun. Harapan dan idealisme tidak lah sekadar angan-angan, sambat, atau grundelan (keputus-asaan), melainkan harus disuarakan dan diperjuangkan. 

Ya, masa pascapandemi  atau new normal harusnya dipenuhi hal-hal baik yang disebarkan seluas-luasnya untuk bisa menghasilkan inspirasi dan optimisme baru. Ini diantaranya bisa dilakukan dengan banyak mencerahkan, bukan sebaliknya menyesatkan atau melemahkan kepercayaan publik.

Dalam konteks ini, peran yang bisa dilakukan kaum muda sangat jelas. Sekali lagi, yang paling bisa dan lebih mudah menyuarakan harapan publik adalah pemuda, yang intelek dan cendekiawan. Pemuda harus bisa menjadi yang terdepan menjaga dan menunjukkan optimisme kebangkitan dari keterpurukan akibat pandemi ini. Bukan sebaliknya, banyak terjebak pada sikap apatisme, skeptis, atau berpangku tangan pada krisis pandemik yang dihadapi di sekitarnya.

Sisi lemah pemerintah mengtasi pandemi masih banyak. Aparatur negara dan birokrasi kerap masih gagap dalam menerapkan kebijakan, termasuk soal pengendalian pandemi. Negara juga kerap kehilangan momentum melakukan penyadaran dan penguatan rakyat dan warga masyarakatnya. Pendek kata, negara masih perlu banya dibantu, setidaknya dalam menjalankan peran dan fungsi memperkuat simpul-simpul ketahanan komunal warga masyarakat.

Nah, di sini pemuda bisa masuk dan menawarkan kontribusi besarnya. Potensi kerawanan apapun (pasca)pandemi harus sama-sama diantisipasi, melibatkan generasi muda. Era baru kebangkitan Indonesia tak perlu menunggu pandemi benar-benar berakhir. Semua harus dimulai sejak sekarang, dengan memaksimalkan kegigihan dan ke-pionir-an pemuda anak bangsa.

Konteks lokal yang menunjukkan kontribusi pemuda sudah banyak contohnya, setidaknya di Malang, Jawa Timur. Beberapa komunitas yang concern pada masalah krisis kemanusiaan dan sosial sudah jauh lebih dulu bergerak saat awal-awal krisis dan darurat pencegahan persebaran corona. Mereka menjadi relawan dan 'pahlawan' kemanusiaan, jauh mendahului kehadiran negara!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun