Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Coffeestory #1: New Normal, Harapan Besar pada Kaum Muda?

30 September 2020   10:45 Diperbarui: 30 September 2020   10:55 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: koleksi pribadi

NEW NORMAL, apa sih yang bisa dimaknai dari kondisi ini? Sebagian kita meyakini, new normal adalah optimisme, kebangkitan, atau harapan baru. Bukan sekadar kondisi terbebas dari berbagai hal tidak nomal akibat darurat pandemi.

Pandemi corona memang menjadi kondisi 'perang' global dan common sense (keprihatinan bersama). Situasi yang nyatanya telah memunculkan sikap positif anak bangsa dimana-mana, seperti empati dan kepekaan komunal, gotong royong dan solidaritas sesama. Sebuah jati diri yang sebenarnya sudah ditanamkan oleh para pendiri bangsa secara turun temurun.

Tetapi, pandemi yang terjadi ini memang tak bisa dianggap sepele, sekadar masalah kesehatan yang nyatanya bisa mematikan. Lebih dari itu, dampak pandemi bisa mengancam kemanusiaan kita, juga ketahanan generasi anak bangsa. Pandemi corona sudah mencengkeram, dan bisa melemahkan pilar dan kekuatan bangsa. Bahkan, jika berlangsung dalam kurun waktu lama, sangat mungkin nantinya akan mengoyak-koyak semua sendi kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia. Masih adakah yang tak mau peduli?

Siapa saja bisa lebih bijak dalam memaknainya: pandemic is (just) pandemic! Situasi dan kondisi tak normal yang bukan berarti kiamat, melumpuhkan dan memati-surikan apapun yang semestinya harus dan masih bisa kita lakukan. Bangsa kita sudah melewati kepanikan berlebihan, walau tetap ada kekhawatiran dan kehati-hatian berlebihan yang bisa jadi memunculkan ketidaknyamanan.

Bisa diakui, negara dan pemerintah telah berhasil meredamnya ini di awal-awal. Kondisi siaga ditunjukkan dengan menegakkan protokol untuk mengantisipasi persebaran virus pandemik ini. Terjadinya korban dan kecolongan kasus yang muncul, mungkin karena masih gagap dan memang masih harus dilakukan penyesuaian dan kesiapan menghadapi pandemi ini.

Pandemi memang kondisi yang harus dihadapi. Munculnya kasus terkonfimasi covid-19, bagaimana penanganan hingga pemberantasannya, sudah menjadi urusan yang memang harus ditangani negara. Dan, soal pengendalian dan disiplin protokol kesehatan, menjadi hal lain yang juga tidak bisa diabaikan, tetap harus dilakukan bersama-sama, penuh kesadaran dan tidak ada rasa terpaksa.

Bisa terbaca memang, negara juga cepat mengatisipasi dampak resesi (ekonomi) pandemi, lebih progresif daripada menghentikan dan mematikan penyebab dan korban akibat pandemi itu sendiri. Namun begitu, aspek-aspek terdampak lainnya, belum secara konvergen diprioritaskan untuk dibenahi di masa (pasca)pandemi.

Saat new normal atau pascapandemi, apa yang bisa dilakukan, terlebih oleh kaum muda milenial? Tentunya, semua bergantung kapasitas yang ada pada masing-masing. Yang pasti, kaum muda sejatinya bisa mengambil peran apapun selama New Normal ini. Yang muda harus tetap tampil, tidak ikut-ikutan pasrah. Harapan lebih besar ada pada andil mereka tentunya.

Agak memprihatinkan memang, mendapati banyak usia muda masuk dalam kelompok penerima manfaat bantuan sosial dampak pandemi. Atau, melihat kaum muda terlalu cepat pasrah dan menyerah pada kondisi akibat pandemi ini. Kepasrahan yang kerap ditunjukkan, misalnya dengan menghabiskan waktunya berlama-lama di tempat tidur atau kedai kopi tiap hari, saat jam kerja selama masa pandemi.

Ingat, usia muda diyakini banyak memiliki kelebihan: produktif, lebih tangguh, terbuka (adaptif), bahkan kaya motivasi, ambisi dan kreatifitas. Sejarah juga telah membuktikan, andil pemuda telah turut melahirkan tonggak bagi tegaknya Republik ini. Semua berangkat dari kecintaan, kepedulian, dan nasionalismenya terhadap Tanah Air! Modal sosial pemuda seperti itu semua lah yang punya urgensi besar untuk dimaksimalkan di masa-masa sulit saat ini.

Milenial Era New Normal: Jangan Lembek!
"Sik dolek pitungan. Kelar merapat basecamp ya," jawab singkat --sebut saja-- Totok Heru (49), melalui messanger gawai miliknya suatu ketika, sebelum bertemu penulis di sebuah kedai tempat biasa ngopi bersama.

Pitungan yang dimaksud pria paruh baya ini sejatinya adalah peluang kerja, ataupun penghasilan, yang ingin didapatkannya hari itu. Hal yang hampir tiap hari dicarinya, yang diharapkan bisa menopang kebutuhan ekonomi keluarganya sehari-hari.

Heru Totok memang tak lagi muda, tetapi cukup terlihat kuat dan konsisten dengan apa yang diperjuangkannya. Daya jelajahnya pun bisa dibilang sangat tinggi dan luas. Tak jarang, ia harus menjelajah cukup jauh hingga lintas kota, meski cukup bermodal sepeda motor buntut yang sejatinya kurang layak jalan. Ia tampak tak gampang menyerah, semangatnya ulet dan terus dipertahankan.

"Saya masih termasuk pemuda dan kuat, loh", begitu selorohnya, menggambarkan keyakinannya pada kemauan dan daya juang yang dimiliki.
Cerita di atas memang sekadar ilustrasi, namun merupakan fenomena nyata: adanya sebuah ketimpangan antargenerasi. Kesenjangan daya juang yang sejatinya sudah menggejala pada masyarakat dan bangsa kita.

Penulis lalu mencoba membandingkan dengan kebiasaan nongkrong anak muda, bahkan dalam usia remaja. Dua generasi ini berada dalam dunia nyata yang sama. Namun, bisa jadi masalah kesenjangan daya juang ini bisa jadi masalah serius tentunya, jika cenderung semakin buruk dari generasi ke generasi!

Sekali lagi, pemuda semestinya punya optimisme, semangat, motivasi bahkan obsesi. Jika semua bisa dibungkus utuh dengan baik, maka akan melahirkan harapan, daya juang, dan kekuatan yang tak bisa diremehkan. Karakter yang memang sangat dibutuhkan menghadapi pascapandemi dan kehidupan new normal ke depan.

Harapan akan selalu menjadikan kaum muda peka, kritis dan punya idealisme tanpa pamrih. Daya juang bisa menumbuhkan pribadi pionir, mandiri dan tak mudah menyerah. Dan, kekuatan akan menjadikan siapa saja siap, sigap dan cepat bangkit menghadapi situasi apapun. Harapan dan idealisme tidak lah sekadar angan-angan, sambat, atau grundelan (keputus-asaan), melainkan harus disuarakan dan diperjuangkan. 

Ya, masa pascapandemi  atau new normal harusnya dipenuhi hal-hal baik yang disebarkan seluas-luasnya untuk bisa menghasilkan inspirasi dan optimisme baru. Ini diantaranya bisa dilakukan dengan banyak mencerahkan, bukan sebaliknya menyesatkan atau melemahkan kepercayaan publik.

Dalam konteks ini, peran yang bisa dilakukan kaum muda sangat jelas. Sekali lagi, yang paling bisa dan lebih mudah menyuarakan harapan publik adalah pemuda, yang intelek dan cendekiawan. Pemuda harus bisa menjadi yang terdepan menjaga dan menunjukkan optimisme kebangkitan dari keterpurukan akibat pandemi ini. Bukan sebaliknya, banyak terjebak pada sikap apatisme, skeptis, atau berpangku tangan pada krisis pandemik yang dihadapi di sekitarnya.

Sisi lemah pemerintah mengtasi pandemi masih banyak. Aparatur negara dan birokrasi kerap masih gagap dalam menerapkan kebijakan, termasuk soal pengendalian pandemi. Negara juga kerap kehilangan momentum melakukan penyadaran dan penguatan rakyat dan warga masyarakatnya. Pendek kata, negara masih perlu banya dibantu, setidaknya dalam menjalankan peran dan fungsi memperkuat simpul-simpul ketahanan komunal warga masyarakat.

Nah, di sini pemuda bisa masuk dan menawarkan kontribusi besarnya. Potensi kerawanan apapun (pasca)pandemi harus sama-sama diantisipasi, melibatkan generasi muda. Era baru kebangkitan Indonesia tak perlu menunggu pandemi benar-benar berakhir. Semua harus dimulai sejak sekarang, dengan memaksimalkan kegigihan dan ke-pionir-an pemuda anak bangsa.

Konteks lokal yang menunjukkan kontribusi pemuda sudah banyak contohnya, setidaknya di Malang, Jawa Timur. Beberapa komunitas yang concern pada masalah krisis kemanusiaan dan sosial sudah jauh lebih dulu bergerak saat awal-awal krisis dan darurat pencegahan persebaran corona. Mereka menjadi relawan dan 'pahlawan' kemanusiaan, jauh mendahului kehadiran negara!

Di luar penanganan pandemi, tantangan andil pemuda jauh lebih besar di masa kini dan selanjutnya. Dalam situasi keseharian tak normal kini, bagaimana bisa terbangun ketahanan bangsa dan masyarakat dalam menghadapi situasi apapun sangatlah penting. 

Dalam konteks ini, percepatan dan massifikasi perlu dilakukan, agar supaya bangsa Indonesia tetap kuat dan benar-benar mampu, tak hanya untuk sustain (bertahan hidup), melainkan juga adaptif alias tak gagap pada segala kemungkinan yang terjadi di luar kebiasaan. Selain daya juang dan mental tak mudah pasrah, kreativitas menjadi hal penting yang bisa terus dibangun dan diperkuat.

Soal kreativitas, tak bisa diragukan lagi sebenarnya ada pada kaum muda milenial kini. Referensi dan keberanian mencoba hal baru apapun adalah modal kunci. Pemuda lebih banyak punya waktu untuk menggali, mengasah dan melakukannya. Kemampuan dan keterbukaan pada teknologi informasi yang dimiliki kaum milenial bisa diperkuat, karena bisa menjadi jawaban taraf kesejahteraan dan ketahanan komunal banga Indonesia ke depan.

Karuan saja, kaum muda (intelektual) merupakan calon pemimpin masa depan, sekaligus generasi pewaris bangsa, yang memang lebih diandalkan. Usia muda bisa jadi tak cukup matang pengalamannya. Tetapi, banyak diam dan rendah kepeduliannya dalam situasi rakyat banyak menjerit, bukan hal sepatutnya. Lebih parah lagi jika generasi muda banyak menuntut, atau bahkan menjadi beban negara. Jika kaum muda produktif saja lembek, bagaimana dengan para manula atau remaja belia adik-adiknya nanti? (*)

Penulis adalah kolumnis, bergiat di Aksara Cendekia Malang - Jawa Timur.

#Coffeestory #Pandemi #Milenial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun