Ada kaidah yang tertanam disana, bahwa "jangan pernah takut dengan manusia". Netral memang kaidah ini. Namun, ternyata framingnya terletak pada ruang yang tidak tepat. Yakni, berani yang dimaksud adalah berani melawan. Jika melakukan kesalahan, dan karena kesalahan itu dinasihati oleh orang lain, beranilah melawan. Semoga salah, pesepsi yang penulis tangkap dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Akan baik jika kaidah ini di tempatkan ulang di ruang yang tepat, berani dengan makna berani berbuat kebaikan, dan tidak pernah takut kecuali kepada Sang pencipta kehidupan, Allah SWT.
Kembali ke dua hal dalam diri orang tua yang memberikan pengaruh besar kepada tumbuh kembang karakter anak. Pemahaman akan agama, bisa dibaca sebagai sebuah keadaan seberapa dekat ayah dan bunda kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad. Semakin dekat maka secara otomatis ketaatan kepada tuntunan yang di berikan semakin kuat.Â
Dan tuntunan yang dicontohkan nabi, tak sebatas pada ruang ubudiyah saja, tetapi di semua ruang kehidupan orang tua. Apa yang mereka makan, apa yang diucapkan dan bagaimana detik demi detik setelah bangun tidur sampai tidur kembali sesuai dengan panduan.
Penulis menyebutnya AL FAHMU, bermakna pemahaman. Salah satu diantara ciri bahwa Allah SWT mencintai hamba adalah sang hamba difahamkan atas agamanya.
"Man Yuridillahu bihi Khairan Yufaqqihhu fiddin"
Siapa saja yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan/surga, dia akan difahamkan akan agamanya" Â (HR Bukhori)
Jika kebaikan yang dimaksud adalah anak yang sholih, tentunya sudah menjadi keniscayaan. Kefahaman akan agama di benak orang tua menjadi sebuah keharusan. Anak akan tertata shalatnya saat ayah dan bunda mereka mencontohkan hal serupa.Â
Kehati-hatian dalam mengkonsumsi sesuatu, memastikan apa yang dimakan, dan diminum sudah jelas kehalalanya, baik dari cara mendapatkan maupun dzatnya. Makanan dan minuman anak jelas status halal dan thoyyibnya. InshaAllah, AL FAHMU akan memandu para orang tua memberikan keteladanan yang bagus, yang produk akhirnya adalah anak yang shalih shaliha.
Yang kedua, kefasihan dalam melaksanakan tuntunan. Maksudnya adalah menyatunya tutur faham di bahasan sebelumnya denga tutur tindak. Apa yang dilakukan adalah apa yang diucapkan. Sangat besar pengaruhnya dalam merubah anak. Keteladanan ini, layaknya lokomotif kereta api yang mampu membawa gerbong beratnya. Lokomotif terbaik dengan teknologi terbaru dan dengan sumber energi yang tak pernah habis.
Sebagai penutup, disampaikan bahwa perubahan baik bisa dimulai dari perubahan individu yang baik, berlanjut pada keluarga yang baik, dan sampai pada masyarakat yang baik. Menjadi tanggung jawab  bersama memperbaiki semua. Semoga Allah SWT memudahkan semua langkah baik kita semua, amiin.
Penulis Adalah Kepala MTs AL ISHLAH Muncar Banyuwangi | Mas Rofi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H