Disitu kesabaran kami benar-benar diuji oleh pertanyaan, masukan, dan telepon masuk yang riuh memenuhi notifikasi ponsel kami. Hmm... sambil menghirup nafas panjang aku lagi-lagi harus menguatkan pijakan "Aku pasti bisa menghadapi ini,".
Sangat sulit menjelaskan ke orang-orang bahwa kondisi kami sehat dan baik-baik saja. Namun orang-orang dengan 'pengetahuannya' tentang COVID-19 berusaha untuk menjejali kami dengan masukan-masukan yang berbeda. Bahkan dikondisi ini aku benar-benar harus menjelaskan bahwa mentalku terganggu.
Aku tidak tahan untuk tidak mengangkat telepon dan mendapatkan masukan banyak sekali dari mereka. Dengan satu orang berbeda versi dengan orang lain versi lainnya. Jujur, di kondisi ini kami hanya perlu dua. DOA dan ISTIRAHAT.
Aku tahu persis, mereka mengkhawatirkan keadaan kami. Â Mereka peduli dengan kami. Sejauh ini mereka hanya menyaksikan apa yang terjadi di televisi, YouTube, dan akun-akun lainnya tentang bagaimana COVID-19 dan efeknya setelah masuk ke dalam tubuh. Kemudian mereka menyampaikan arahan-arahan yang menurutku membuatku mual. Jujur, karena banyak sekali.
Dalam hati aku berdoa, semoga pertanyaan-pertanyaan menyudutkan seperti ini tidak sampai membuat imunitas kita turun. Karena kita tidak tahu apakah di sekitar kami sudah benar-benar bebas Covid-19 atau belum. Jujur, ini adalah kekhawatiran kami. Oleh karenanya kami kelelahan.
Namun keadaan ini tidak lama dan hanya berlangsung selama sampai sekitar pukul 4 sore. Aku sangat lega ketika sudah tidak ada lagi orang-orang bertanya tentang COVID-19 di keluargaku. Benar saja, setelah semua telepon tertutup aku dan nenekku langsung tidur.
Alhamdulullilah, dari banyak orang yang menelepon tak sedikit yang paham dan dapat menghargai adanya penderita COVID-19 di keluargaku. Sehingga mereka langsung membantu kami dalam hal supply makanan dan kebutuhan untuk semua keluargaku. Terima kasih banyak kami ucapkan atas atensi dan kepeduliannya kepada keluarga kami, njih.
Akhirnya aku harus menjelaskan kepada kantor tempatku bekerja untuk aku memohon Work From Home sesuai anjuran dari rumah sakit dan puskesmas yakni selama 10 hari. Aku sangat terkejut saat aku hanya mendapatkan WFH hanya selama 1 minggu 2 hari oleh atasanku. Jujur, aku sangat merasa kecewa.
Aku tidak mengkhawatirkan gaji yang mungkin akan berubah jika aku melakukan WFH, namun kesehatan lingkungan kerjaku. Di hari itu mungkin bisa saja aku dalam kondisi yang sangat baik karena aku dalam imunitas yang baik. Namun, aku pun tidak tahu apakah dengan aku isolasi mandiri di rumah dapat menjamin masa inkubasi virus di sekitarku.