Hal yang membuat kami harus menyadari untuk dapat segera menyegerakan cek SWAB Antigen di Rumah Sakit Umum Kota Yogyakarta di pagi harinya (tanggal 18 Mei 2021). Benar saja, pagi itu aku mendapatkan kabar bahwa kakak kandung dan kakak iparku terjangkit COVID-19 dengan status : positif.
Hari itu, rasanya kelabu. Rasanya sudah tidak bisa fokus apalagi setelah keluarga di rumah Kakak Ipar disana dilakukan SWAB Antigen dengan hasil 3 dari 5 keluarga disana terpapar COVID-19. Dengkul rasanya lemas mendengar kabar mengejutkan ini di pagi hari.
Pagi itu posisiku adalah sedang berada di tempat kerja. Dalam pikiranku, "Aku harus tetap tenang, karena di rumah masih ada Nenek yang belum dilakukan SWAB tes sama sepertiku, namun mengeluhkan memiliki gejala flu saat pagi sebelum aku berangkat kerja,". Oke baik.. hahaha... mungkin kalau aku cerita di hari itu aku tidak akan bisa selepas hari ini. Namun hari ini sudah seminggu berlalu.
Nenek berusia 67 tahun dengan pembawaan yang tenang namun selalu memikirkan hal-hal terlalu tinggi. Pagi itu sengaja, kami tidak memberitahukan apa yang sedang terjadi disana, perihal status positive Covid-19 kakak-kakakku. Pertama, kami khawatir dengan respon nenek yang kupanggil 'Umi' tersebut. Mengingat, beliau tipikal yang selalu berpikir jauh... jauh.. sekali.
Kedua, aku pribadi khawatir hal ini justru dapat membuat imunitasnya turun akibat demam yang sedang dirasakannya. Tapi, aku berjanji aku akan memberitahukannya hanya membutuhkan waktu yang berbeda dengan melihat kondisi kesehatan Umi.
Akhirnya aku yang harus tetap mencoba tenang memberanikan diri untuk mendaftarkan SWAB Antigen di salah satu laboratorium di Kota Yogyakarta, sendirian. Harapanku, jika hasilku negatif, aku akan segera mengajak Umi untuk melakukan tes yang sama dan memberitahukan perihal masalah kesehatan yang sedang dialami kakak-kakakku disana. Jika hasilnya positif, aku harus bersiap untuk isolasi mandiri.
Akhirnya aku setelah mengalami SWAB tas di kedua saluran hidungku, sekitar satu jam kemudian hasil tes keluar dengan hasil : negatif. Di hari itu juga aku segera pulang dan meminta nenek untuk melakukan SWAB Antigen di Rumah Sakit Umum Kota Yogyakarta. Agak sulit di posisiku saat itu, mengingat nenek tidak mau dilakukan SWAB tes dan malah sudah berpikiran yang macam-macam.
Lagi-lagi bahuku harus kuat, pikiranku harus tenang, dan tenagaku harus cukup untuk memaksa Umi agar mau dilakukan SWAB di Rumah Sakit Umum Kota Yogyakarta. Mengapa aku memaksakan beliau untuk mendapat rujukan kesana? Aku merasa nenekku dalam keadaan yang tidak fit pada saat itu. Demamnya naik turun, batuk, dan beliau merasakan pusing.
Alhasil malam itu sekitar ba'da maghrib aku berhasil memaksa nenek untuk dilakukan SWAB Antigen dengan cerita pemancing bahwa, kakak-kakakku dan keponakan yang sangat beliau sayangi positif terpapar COVID-19. Benar, setelah aku mengabarkan hal tersebut pikirannya halusinasi kemana-mana, semangatnya runtuh, dan tenaganya habis.
Sementara itu mereka yang sedang merasakan hal itu sedang biasa saja. Benar-benar dalam kondisi yang biasa saja, mungkin merasa lebih baik karena tertolong oleh fasilitas rumah sakit. Oh iya, hari itu juga sebenarnya tidak ada yang perlu rawat inap di rumah sakit. Hanya saja karena keponakanku masih berusia 2 tahun, oleh karenanya rumah sakit merujuk untuk beristirahat di rumah sakit bersama mamanya. Tujuannya adalah monitoring kesehatannya.