Paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti kerangka berpikir. Namun, istilah ini pertama kali digagaskan oleh Samuel Kuhn, fisikawan asal Amerika dalam bukunya The Stucture of Scientific Revolution (1962).Â
Menurut Kuhn, paradigma adalah cara untuk mengetahui realitas sosial yang disusun oleh mode of thought atau mode of inquiry yang memiliki arti cara berpikir yang didasar oleh pengalaman, kepercayaan, pembelajaran dan alasan. Konstruksi dari mode of thought inilah yang nantinya akan menghasilkan mode of knowing atau pengetahuan.
Paradigma sendiri ada untuk menjawab berbagai pertanyaan dalam pengetahuan, misalnya, apa yang harus dipelajari dalam suatu bidang keilmuan, pertanyaan seperti apa yang harus dan pantas diajukan, bagaimana pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan, juga aturan-aturan yang menjadi acuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Dalam perkembangannya, paradigma suatu ilmu pengetahuan tidak bersifat kumulatif atau menambahkan yang sudah ada, melainkan paradigma berkembang secara horizontal, di mana dalam suatu bidang keilmuan, adanya paradigma yang mendominasi.Â
Hal ini disebabkan oleh pemikiran para ilmuwan yang bermacam-macam. Tentu saja para ilmuwan memiliki cara berpikir dan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu fenomena bidang keilmuan. Hal ini yang menjadikan paradigma sebagai unit terluas dari ilmu pengetahuan yang menjadi dinding pembeda antara hasil temuan teori para ilmuwan.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya perbedaan dalam paradigma adalah akibat perkembangan pemikiran filsafat yang menjadi dasar dari setiap ilmu. Saat mempelajari berbagai kajian tentang sosiologi, kita pun kerap menemukan berbagai macam perbedaan baik definisi maupun teori yang dikemukakan oleh berbagai ilmuwan ataupun filsuf.Â
Perbedaan dasar pemikiran dalam suatu ilmu yang akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan teori-teori yang dikembangkan oleh komunitas ilmuwan yang berbeda-beda. Hal ini pula yang menjadikan setiap komunitas ilmuwan memiliki metodenya sendiri dalam memahami dan menjelaskan teori dan pemahamannya tersebut.
George Ritzer adalah seorang filsuf asal Amerika sekaligus tokoh penting dalam perkembangan Sosiologi. Ada tiga paradigma dalam Sosiologi menurut George Ritzer:
1. Paradigma Fakta Sosial
Paradigma fakta sosial dirumuskan oleh Emile Durkheim yang berpendapat bahwa pemikiran Comte dan Spencer menyatukan sosiologi pada filsafat. Maka dari itu, Durkheim memisahkan objek kajian sosiologi dan filsafat dengan merumuskan konsep fakta sosial.Â
Menurut Durkheim, Fakta sosial terdiri dari struktur dan institusi sosial yang bersifat memaksa dan berada di luar individu, misalnya seperti nilai dan norma dalam masyarakat. Fakta sosial juga berkaitan dengan hal materi (sesuatu yang dapat dilihat, diamati, dan dipahami) dan juga non-materi (seperti fenomena sosial atau reaksi manusia). Paradigma fakta sosial didukung oleh teori fungsionalisme struktural, teori konflik, dan sosiologi makro.
2. Paradigma Definisi Sosial
Paradigma definisi sosial dirumuskan oleh Max Weber yang berpendapat bahwa struktur dan institusi sosial merupakan suatu kesatuan yang mempengaruhi perilaku manusia yang punya arti sendiri. Weber mempercayai bahwa setiap tindakan individu memiliki arti atau makna sendiri bagi dirinya dan tindakan tersebut diarahkan kepada orang lain.Â
Dengan begitu, suatu tindakan yang diarahkan pada benda mati tidak dapat disebut sebagai tindakan sosial. Teori yang mendukung paradigma definisi sosial antara lain teori aksi, teori interaksionisme simbolik, fenomenologi, dan etnometodologi.
3. Paradigma Perilaku Sosial
Paradigma perilaku sosial dirumuskan oleh Skinner dengan mengkritik objek kedua paradigma sebelumnya, yaitu paradigma fakta sosial dan paradigma definisi sosial. Menurut Skinner, objek studi sosiologi adalah perilaku manusia, karena perilaku manusia bersifat konkrit dan realistis.Â
Tidak seperti struktur sosial dan institusi sosial yang dikatakan Skinner sebagai objek mistik, di mana kedua objek tersebut terjadi dalam pikiran manusia, sehingga tidak dapat dijadikan objek kajian sosiologi. Teori yang mendukung paradigma perilaku sosial antara lain Teori Behaviour dan Teori Pertukaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H